Menko Airlangga Sebut Isoter Krusial untuk Menekan Fatality Rate COVID-19

Menko Airlangga Sebut Isoter Krusial untuk Menekan Fatality Rate COVID-19
Menteri Koordinator Perekonomian RI (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto. Foto: ANTARA/HO-Kemenko Perekonomian/am.

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Airlangga Hartarto meminta masyarakat mendukung isolasi terpusat untuk memotong mata rantai Covid-19. Hal ini terutama untuk menurunkan tingkat kematian, sehingga pasien yang mengalami gejala ringan hingga sedang dapat terpantau dengan baik.

“Ini perlu menjadi perhatian masyarakat, agar rantai penularan dapat diputus. Karena kalau di rumah, pasien Covid-19 belum tentu terperhatikan maksimal oleh layanan kesehatan. Kita harus memisahkan antara yang terkena Covid-19 dengan keluarganya agar tidak menambah kluster keluarga. Karena kluster keluarga akhir-akhir ini muncul dan menyebabkan kematian pasien Covid-19 di rumah,” ungkap Menko Airlangga saat meninjau tempat isolasi terpusat Kabupaten Klaten di GOR Gelarsena, Sabtu (14/8).

Lebih lanjut Menko Airlangga mengatakan, dengan adanya isolasi terpusat, pasien yang sakit akan ditempatkan di isoter untuk mengurangi jumlah pasien yang tidak terpantau. Bila berada di isoter, maka bisa sewaktu-waktu dibawa ke RS jika kondisi menurun.

“Harapannya dengan mereka di isoter menjadi lebih termonitor. Termasuk bisa menekan fatality rate. Apalagi fatality rate di sini (Klaten) juga cukup tinggi,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Menko Perekonomian menyerahkan sejumlah bantuan untuk pasien yang sedang melakukan isolasi. Bantuan yang diberikan berupa 500kg daging ayam frozen, 500kg telur ayam, 10.000 paket sembako, 20.000 masker dan 100 oxygen concentrator.

“Bantuan ini untuk warga yang menjalani isolasi di tempat isoter. Jumlahnya satu ton [500 kg daging ayam dan 500 kg telur],” kata Menko Airlangga.

Selain itu, Menko Airlangga juga menegaskan, dalam penanganan Covid-19, pemerintah menerapkan strategi formula generik 3T sebagai penanganan di hilir dan 3M untuk penanganan di hulu. Untuk mendorong strategi tersebut agar maksimal, sinergi yang sangat baik antara kecepatan respon Pemerintah Pusat, keseriusan Pemda, ketegasan aparat, dan kepatuhan serta gotong royong masyarakat menjadi kunci keberhasilannya.

Penguatan 3T diterapkan dengan melakukan testing massif, tracing kontak erat, dan treatment bagi yang terkonfirmasi positif; penyediaan isolasi terpusat di kabupaten dan desa agar tidak terjadi klaster di keluarga; mengaktifkan jogo tonggo dengan melibatkan relawan, pokdarwis, karang taruna, PKK dan update data setiap hari dari kades ke camat untuk diteruskan ke satgas kabupaten; pengetatan wilayah hingga tingkat desa/RT; menggenjot percepatan vaksinasi dengan melibatkan pihak swasta serta sinergi Pemerintah, aparat, dan kerjasama dari masyarakat.

Lebih lanjut Menko Airlangga mengatakan, dengan adanya isolasi terpusat, pasien yang sakit akan ditempatkan di isoter untuk mengurangi jumlah pasien yang tidak terpantau

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News