Menperin Sebut Sojitz Tertarik Kembangkan Metanol dan Amoniak di Teluk Bintuni

Metanol juga sangat berperan sebagai antifreeze dan inhibitor dalam kegiatan migas.
Selain itu, Agus berujar, metanol juga merupakan salah satu bahan baku untuk pembuatan biodiesel.
“Di tahun 2020, permintaan akan metanol juga meningkat dengan penerapan mandatory biodiesel B30,” ujar Agus.
Dia memaparkan, guna merealisasikan proyek pembangunan pabrik metanol kedua itu, diperlukan dukungan penuh kedua Pemerintah dalam pengembangan industri petrokimia di Bintuni.
Kawasan industri ini dikembangkan secara multiyear dengan menggunakan KPBU (Kerja sama Pemerintah Badan Usaha).
Pembangunan infrastruktur di kawasan tersebut ditargetkan bisa dilaksanakan pada tahun ini dan dilanjutkan pembangunan pabrik-pabrik pada 2022.
"Sehingga tenant bisa mulai berproduksi pada 2024," kata dia.
Pada kesempatan tersebut, Agus juga mengundang Sojitz untuk berinvestasi pada industri soda ash sebagai hilirisasi dari ammonia, di samping sebagai pengurangan emisi CO2 pada pembakaran batubara yang akan dikembangkan oleh Sojitz.
Menperin Agus Gumiwang mengatakan perusahaan Jepang Sojitz berminat kembangkan metanol dan amoniak di Teluk Bintuni.
- Realisasi Investasi Jakarta Triwulan I-2025 Capai Rp 69,8 Triliun, Tertinggi di Indonesia
- Ini Salah Satu Pilihan Investasi Optimal di Tengah Tantangan Ketidakpastian Ekonomi Global
- Ketua Komisi II DPR Sebut Kemandirian Fiskal Banten Tertinggi di Indonesia pada 2024
- Bertemu Menkeu AS, Menko Airlangga Bahas Tarif Resiprokal hingga Aksesi OECD
- Tak Risau, Sri Mulyani Sebut Rupiah Sejalan dengan Perekonomian Domestik
- Sepakat dengan IMF, Ekonom Bank Mandiri Sebut Indonesia Salah Satu Pusat Ekonomi Dunia