Menteri LHK: Manajemen Adatif Pengelolaan Lingkungan Bantu Rumuskan Solusi Perubahan Ekosistem

Menteri LHK: Manajemen Adatif Pengelolaan Lingkungan Bantu Rumuskan Solusi Perubahan Ekosistem
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya. Foto: Dok. KLHK

Lebih lanjut Menteri Siti Nurbaya mengatakan cukup banyak data yang dikumpulkan, maka untuk mendiskripsikan pengelolaan lingkungan secara makro sebenarnya kita telah memilik Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia. Pendekatan DPSIR (drivers, pressures, state, impact and response) dalam Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) dapat digunakan sebagai model untuk menganalisis dampak kegiatan masyarakat dari masyarakat, kebijakan-kebijakan yang mengatur aktifitas masyarakat terhadap lingkungan.

“Makin lengkap informasi yang dimasukkan, maka makin akurat prediksi yang dihasilkan dan makin cepat para pemangku kepentingan dapat memitigasi dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Tinggal bagaimana kita mengemas dan mengkomunikasikan kebijakan-kebijakan publik tersebut sehingga mempunyai daya ungkit yang tinggi untuk perbaikan lingkungan,” ujar Siti

Lebih Cepat, Terintegrasi, Real Time

Sementara itu, Dirjen PPKL, Karliansyah mengatakan data yang disajikan kepada masyarakat melalui sistem informasi pemantauan kualitas lingkungan hidup sebagai bagian dari inovasi, penggunaan teknologi, keterbukaan/transparansi dan akuntabilitas kinerja KLHK.

“Sistem informasi ini diharapkan menjadi fasilitas yang lebih cepat, terintegrasi, real time, dapat dipercaya dan bertanggungjawab, sehingga dapat digunakan sebagai upaya pencegahan, penanggulangan, serta peringatan dini di bidang pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan,” ujar Karliansyah

Sebagai contoh, data pemantauan kualitas air, saat ini sudah terintegrasi dari 560 titik pemantaun manual dan 41 stasiun pemantauan real time. Pada tahun 2024 pemantauan manual akan digantikan dengan pemantauan real time, karena stasiun pemantauan yang dibangun mencapai 822 stasiun.

Sementara kualitas udara sudah terpantau dari 500 titik pemantauan manual yang tersebar diseluruh kabupaten/kota, sedangkan pemantauan real time difokuskan pada daerah yang terdampak kebakaran lahan dan hutan serta daerah perkotaan yang terpapar pencemaran dari kendaraan bermotor dan industri.

“Saat ini sudah terpasang 26 stasiun pemantauan. Pada tahun 2024  stasiun pemantauan real time ini ditargetkan menjadi 165 stasiun,” katanya.

Manajemen adaptif mendukung proses pengambilan keputusan dan alokasi sumber daya serta menjadi kerangka kerja untuk merumuskan solusi-solusi yang mengubah kondisi ekosistem ke arah lebih baik sambil terus belajar dari proses perubahan ekosistem itu sendir

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News