Menteri Siti: Analisis Karhutla Harus Akurat dan Adil, Jangan Melakukan Framing

Menteri Siti: Analisis Karhutla Harus Akurat dan Adil, Jangan Melakukan Framing
Menteri LHK Siti Nurbaya. Foto: Humas KLHK

Kesalahan persepsi yang berimbas pada membesarnya Karhutla di tahap perencanaan, dicontohkan saat kejadian kebakaran di awal tahun 2019 di Rupat, Riau.

Ketika itu titik api yang masih kecil tidak bisa langsung diintervensi Satgas Kabupaten karena pemda setempat beralasan anggaran belum ketok palu.

Pemda juga beralasan tidak memiliki anggaran yang cukup untuk pencegahan.

''Api dan asap tidak bisa menunggu anggaran ketok palu. Bahkan ada juga temuan Pemda Tingkat II hanya pasrah menunggu satgas provinsi atau satgas nasional turun. Jika gagal direncanakan dan dicegah dengan baik mulai dari tingkat tapak, api hampir pasti akan membesar dan makin sulit dipadamkan,'' kata Afni.

Kesalahan persepsi berikutnya adalah pemahaman mengenai hotspot atau titik api.

Banyak yang menggunakan dan menyampaikan data tanpa edukasi yang benar ke publik, terutama soal tingkat kepercayaan (confident level) hotspot.

Semua titik panas yang ditangkap satelit, dari tingkat confidence 0-80 persen malah dilaporkan sebagai hotspot.

Padahal tidak semua hotspot adalah firespot (lokasi yang sudah terverifikasi kebakaran).

Menteri LHK Siti Nurbaya mengatakan sudah saatnya semua pihak bekerja secara riil bukan hanya atas dasar asumsi dan ilustrasi tentang karhutla..

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News