Menuju Pendidikan Berkeadaban

Oleh Prof. Dr. Abd. Rahman A. Ghani, SH., M.Pd*

Menuju Pendidikan Berkeadaban
Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (Uhamka) Prof. Dr. Abd. Rahman A. Ghani, SH., M.Pd*

Hal itu bukan berarti bahwa pendidikan kemudian menjadi eksklusif, tertutup dengan perubahan. Pendidikan harus mengelola perubahan bukan sekadar berubah, tetapi berubah ke arah visi yang diharapkan.

Secara konseptual, berbicara tentang pendidikan berkeadaban (ta’dib) mengingatkan kita pada pemikiran Syed Naquib al-Attas, salah seorang pemikir tentang islamisasi ilmu pengetahuan. Menurutnya, ta’dib merupakan konsep yang tepat untuk pendidikan.

Di dalamnya tercakup unsur-unsur ilmu (‘ilm), instruksi (ta’lim), dan pembinaan yang baik (tarbiyah). Dalam risalah untuk kaum Muslimin, al-Attas menulis, “Orang yang baik itu adalah orang yang menyadari sepenuhnya akan tanggung jawab dirinya kepada Tuhan yang haq, yang memahami dan menunaikan kewajiban terhadap dirinya sendiri dan orang lain yang terdapat dalam masyarakatnya, yang selalu berupaya meningkatkan setiap aspek dalam dirinya menuju ke arah kesempurnaan sebagai manusia ke arah kesempurnaan sebagai manusia yang beradab.”

Kenyataan yang dialami manusia merupakan suatu proses. Kenyataan dipahami dalam hubungan manusia dengan dunia, terlihat dalam bahasa pikiran.

Kemampuan mewujudkan bahasa pikiran dalam realitas dunia adalah yang membedakan manusia dari binatang. Kalau usaha mewujudkan manusia terlambat, ia tidak berhasil meng-ada. Padahal manusia harus meng-ada dan meng-ada dalam praksis.

Itulah ciri manusia. Panggilan hidup itu memberi nama pada dunia. Dengan itu pula muncul sejarah dengan tema-temanya.

Pendidikan berkeadaban  merupakan proses untuk terjadinya internalisasi dan sampainya “makna” segala sesuatu pada jiwa peserta didik. Makna yang dimaksudkan adalah pemahaman akan tempat yang benar bagi segala sesuatunya di dalam sistem yang terjadi pada saat relasi sesuatu hal dengan yang lainnya dalam sistem menjadi jelas dan dimengerti.

Dalam kerangka pendidikan berkeadaban itulah kita bisa bicara tentang pengembangan karakter (character building). Sangat sulit bicara tentang karakter jika pendidikan masih berkutat hanya sekadar penyampaian materi kurikulum atau hanya untuk mengejar nilai, apalagi kalau pendidikan hanya ditempatkan sebagai syarat untuk memperoleh pekerjaan maupun status sosial.

Pendidikan berkeadaban merupakan proses untuk terjadinya internalisasi dan sampainya makna segala sesuatu pada jiwa peserta didik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News