Menunggu 2 T

Menunggu 2 T
Dahlan Iskan. Foto: disway.id

Uang itu, tulis media tersebut, hasil tabungan Aki sendiri. Di masa hidupnya. Sejak dolar masih Rp 4 ribu/dolar.

Itu berarti sejak jauh sebelum krisis moneter tahun 1998. Masuk akal saja.

Banyak orang Indonesia yang punya tabungan dolar di Singapura. Lalu menjadi lebih kaya raya setelah krismon. Ketika dolar menjadi Rp 15 ribu/dolar.

Bahwa Aki punya tabungan di Singapura juga tidak aneh. Orang Tionghoa itu punya perasaan terancam yang tidak habis-habisnya.

Mereka harus punya tabungan dalam dolar. Harus pula di luar negeri. Sewaktu-waktu jiwa mereka terancam masih ada pegangan.

Sikap seperti itu mulai berubah sekitar sepuluh tahun terakhir. Ketika hak-hak warga minoritas sudah disamakan dengan warga mayoritas.

Namun, tabungan lama seperti yang di Singapura tidak serta merta dibawa pulang. Pengampunan pajak dulu itu dimaksudkan –antara lain– untuk menarik uang seperti itu.

Jangan heran kalau ada orang yang kelihatannya biasa-biasa saja sebenarnya punya uang lebih banyak dari orang yang pakai jas dan dasi. Mereka sudah terbiasa hidup dengan sangat hemat –lantaran perasaan selalu terancam tadi.

Rumah anak Akidi Tio dijaga polisi. Itulah rumah putri bungsu almarhum. Satu-satunya dari tujuh anak Akidi yang tinggal di Palembang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News