Menyinggahi Wae Rebo, Desa di NTT Peraih Penghargaan Tertinggi UNESCO (1)
Cuma Ada Tujuh Rumah di Seluruh Dunia
Minggu, 16 September 2012 – 00:11 WIB
Tapi, Blasius tak pernah menyerah. Rumahnya dia rombak menjadi home stay bagi para tamu yang membutuhkan bermalam sebelum mengunjungi Wae Rebo. Sekarang dia punya sebelas kamar berdinding papan yang cukup nyaman untuk istirahat. Tarif bermalam di rumah Blasius hanya Rp 200 ribu. Bila tamu berombongan yang terdiri atas 2"5 orang dikenai tarif Rp 175 ribu per kepala. Sedangkan rombongan lebih dari enam orang lebih murah, Rp 150 ribu per orang.
Dibantu warga asli Wae Rebo yang tinggal di Denge atau Kombo, salah satu kampung di sekitar wilayah itu, Blasius juga menyediakan jasa guide atau porter untuk wisatawan. Biayanya Rp 150 ribu"Rp 250 ribu.
Siang itu, setelah menemukan pemandu untuk Jawa Pos, Blasius memberikan brifing singkat. Cukup membangkitkan semangat. "Jarak dari Denge ke Wae Rebo sekitar 9 kilometer. Jalan kaki sekitar 3 jam atau 4 jam," katanya.
Sulit dan curamkah jalan menuju Wae Rebo" "Aih, tidak!" ungkap Blasius. "Hanya zigzag begini saja," tambahnya sembari mengangkat tangannya sedikit landai. Bagian telapak tangannya meliuk-liuk ke kiri dan ke kanan. Seperti ular.
Wae Rebo, desa mini di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), meraih penghargaan tertinggi dari United Nations Educational, Scientific,
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor