Menyinggahi Wae Rebo, Desa di NTT Peraih Penghargaan Tertinggi UNESCO (1)
Cuma Ada Tujuh Rumah di Seluruh Dunia
Minggu, 16 September 2012 – 00:11 WIB

CARI KEHANGATAN: Warga Wae Rebo berjemur di sinar matahari pagi di depan Mbaru Tembong (rumah utama Wae Rebo). Foto : Doan W/JAWA POS
Labuan Bajo berjarak sekitar 130 kilometer dari Ruteng. Mencapai Ruteng bisa menggunakan mobil yang oleh warga setempat disebut oto. Bisa oto umum, bisa juga oto travel.
Perjalanan menuju Ruteng sudah cukup menguras tenaga. Jalan Trans Flores menuju Ruteng memang beraspal. Sebagian besar cukup mulus meski terasa sempit. Tapi, jalannya berkelak-kelok. Sedikit sekali penggal jalan lurus yang panjangnya lebih dari 200 meter. Yang ada hanya belokan. Kiri, kanan, kiri, kanan. Itu pun kadang masih ada "bonus" berupa tanjakan tajam, lengkap dengan turunannya.
Kamis pekan lalu (6/9) Jawa Pos mengunjungi Wae Rebo. Perjalanan darat Labuan Bajo"Ruteng memakan waktu "hanya" 4 jam. Mobil hanya bisa berjalan dengan kecepatan rata-rata 30 kilometer per jam. Persis sepeda motor di jalanan kampung.
Ruteng adalah kota sejuk berketinggian sekitar 1.100 meter di atas permukaan laut di kaki Gunung Ranaka. Ruteng bisa menjadi tempat mengambil napas sejenak sebelum perjalanan sesungguhnya menuju Wae Rebo.
Wae Rebo, desa mini di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), meraih penghargaan tertinggi dari United Nations Educational, Scientific,
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu