Menyinggahi Wae Rebo, Desa di NTT Peraih Penghargaan Tertinggi UNESCO (3-Habis)
Rumah Utama untuk Delapan Keluarga Keturunan Maro
Selasa, 18 September 2012 – 00:08 WIB

WARGA TERTUA: Isidorus Ingkul, warga tertua sekaligus tetua adat Wae Rebo. Foto : Doan W/Jawa Pos
Menurut Vitalis, jumlah mbaru niang di Wae Rebo memang tak boleh lebih dari tujuh. "Sebab, tujuh itu melambangkan tujuh kekuatan yang menjaga desa ini," katanya.
***
Kini Wae Rebo sedang menggeliat sebagai tujuan wisata. Sejumlah hotel dan biro wisata di Ruteng hingga Labuan Bajo di ujung barat Pulau Flores memamerkan foto-foto Wae Rebo.
Warga Wae Rebo juga tak tinggal diam. Mereka punya Lembaga Pariwisata Waerebo (LPW) untuk menata administrasi pariwisata. Berbagai servis kini punya tarif. Porter, misalnya, dibanderol Rp 150 ribuhingga Rp 200 ribu.
Mbaru niang di Wae Rebo memang layak mendapat penghargaan. Kampung mini di Manggarai, NTT, tersebut tak hanya berhasil melestarikan rumah-rumah kerucut
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu