Merinding, Suara Burung Hantu Bikin Suasana Makin Mencekam

Tak pelak penonton yang menyaksikan pementasan dari sisi barat, dibuat merinding. Pementasan itu pun disaksikan dengan seksama oleh penonton. Penonton tak kunjung beranjak dari kalangan. Saat pementasan usai pada pukul 00.00 dini hari, penonton baru bubar.
Koordinator Sanggar Gita Bandana Praja, Nyoman Gede Yasa mengatakan, kesenian calonarang memang kesenian yang sakral. Sehingga tak sembarang sanggar yang bisa membawakan. Namun sanggar pimpinannya, sudah biasa membawakan kesenian calonarang. “Sudah biasa. Kami persiapan hanya dua atau tiga hari. Karena kami biasa ngayah,” ujar Yasa.
Animo penonton yang tinggi, terutama dari kalangan remaja, juga memberikan kesan tersendiri bagi Yasa. Apalagi kesenian calonarang termasuk kesenian tradisi yang minim peminat. Kehadiran penonton-penonton muda dalam pementasan, diyakini memberikan peluang regenerasi yang cukup besar.
“Calonarang ini kaitannya dengan sastra Bali, juga kaitannya dengan hubungan spiritual kita. Regenerasi itu penting, biar kesenian ini terus berlanjut. Apalagi rata-rata pura di Bali ini punya sungsungan barong. Mudah-mudahan penonton yang muda-muda ini juga ikut tertarik menekuni kesenian ini,” harapnya. (*/yes/sam/jpnn)
KESENIAN calonarang yang digelar di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Bali, menghadirkan prosesi mati raga atau yang dikenal juga dengan bangke matah.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu