Meski Andalkan Investor, Proyek Bukit Algoritma Tetap Berisiko Mengganggu APBN

Lebih baik bukan 'proyek bombastis'
Meski mengaku tidak menentang mega proyek, Syahrial Loetan menilai Indonesia harus sangat selektif dalam menentukan proyek-proyek berskala besar tersebut.
Pertimbangannya bisa dilihat dari sisi kebutuhan, kertertarikan, dan kapasitas.
Syahrial paham pembangunan mungkin tidak bisa berjalan dengan kecepatan yang selalu linear dan sesekali harus ada lonjakan-lonjakan.
"Tetapi mega proyek bukan jawaban satu-satunya."
"Mengapa kita enggak ciptakan tiga, empat, lima, atau enam proyek yang barangkali medium scale, yang more related to [lebih berhubungan dengan] ... bahan makanan, barangkali?" kata Syahrial, sambil menyebut masalah ketahanan pangan dunia yang krusial akibat jumlah penduduk dunia yang hampir 8 miliar.
"Jadi something [sesuatu[ yang enggak terlalu bombastis, tapi dengan uang yang sama bisa memberikan dampak yang luas pada masyarakat setempat," pungkasnya.
Lahan seluas 888 hektare di Sukabumi, Jawa Barat, akan dibangun menjadi Bukit Algoritma, dengan harapan akan jadi Silicon Valley seperti di Amerika Serikat
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas
- Sepanjang 2024, Pelindo Petikemas Setor Kewajiban Ke Negara Capai Rp 1,94 Triliun