Mewujudkan Jakarta Baru, Transformasi Menuju Kota Global

Oleh: Fakhrizal Lukman, Direktur Lembaga Kaukus Muda Nusantara

Mewujudkan Jakarta Baru, Transformasi Menuju Kota Global
Direktur Lembaga Kaukus Muda Nusantara, Fakhrizal Lukman. Foto: dok pribadi

Selain tertinggal dibandingkan dengan kota-kota negara kawasan Asia Tenggara lainnya, faktanya peringkat Jakarta saat ini menurun dibandingkan dengan 2015 lalu yang menempati peringkat ke-54. Menurunnya peringkat dalam indeks kota global ini diantaranya adalah melesatnya transformasi kota-kota lain menjadi kota global.

Misal sejumlah kota-kota di China yang berkembang pesat dalam usahanya menuju kota global sehingga mendapatkan kenaikan peringkat yang signifikan sepanjang 2015-2023. Seperti Hangzhou naik 35 peringkat menjadi ke=78, Guangzhou naik 16 peringkat menjadi ke-55, Shenzhen naik 11 peringkat menjadi ke-73.

Sebetulnya Jakarta memiliki cukup modal untuk kian bertransformasi menjadi kota global. Secara demografis Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022, Jakarta memiliki 10,7 juta jiwa atau setara dengan 3,9% populasi nasional. 71,27% diantaranya merupakan penduduk dengan usia produktif yang berjumlah 7.613.510 jiwa, artinya Jakarta memiliki kesempatan yang luas untuk memanfaatkan bonus demografi.

Dalam sektor ekonomi, saat ini Jakarta didapuk sebagai kota metropolitan dengan ekonomi terbesar ke-2 di kawasan Asia Tenggara. Jakarta menyumbang kepada pajak nasional sebesar 63% dari total penerimaan pajak nasional.

Kontribusi Jakarta terhadap PDB Nasional pada tahun 2022 mencapai 16,68%. Bahkan apabila digabungkan dengan daerah penyangga sekitar yakni Bogor, Depok, Tangerang serta Bekasi, kawasan Jabodetabek menyumbang sekitar 25% dari PDB Nasional.

Beberapa hal yang membuat Jakarta mampu berkontribusi besar dalam ekonomi diantaranya adalah tersedianya infrastruktur yang memadai. Jakarta merupakan pintu masuk kegiatan ekspor dan impor di Indonesia melalui Pelabuhan berstandar internasional (peringkat 1 Indonesia, peringkat 8 Asia, dan peringkat 23 dunia), yakni Pelabuhan Tanjung Priok yang mengelola hamper 70% kegiatan ekspor dan impor juga 50% transshipment traffic nasional.

Belum lagi adanya Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang juga mendukung perdagangan serta transportasi internasional.

Akan tetapi, besarnya pembangunan ekonomi masih belum cukup untuk menjadikan Jakarta sebagai kota bertaraf internasional yang ideal. Perjalanan Jakarta menuju kota global masih Panjang mengingat banyak persoalan yang harus diselesaikan.

Ibu kota Indonesia akan pindah ke Ibu Kota Nusantara atau IKN, Jakarta akan menjadi kota global.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News