Miko Nusantara

Oleh: Dahlan Iskan

Miko Nusantara
Dahlan Iskan. Foto: disway.id

Akibatnya suporternya para opinion based spontan bergerak dengan penuh semangat mendukung VakNus.

Barisan suporter ini luar biasa hebatnya, ada konglomerat, elite politik, mantan menteri, jenderal-jenderal, penulis populis yang amat andal. Sementara kegiatan ilmiah berbeda, dia tidak perlu dukungan siapa-siapa.

Kebenaran ilmiah tidak bisa divoting, contoh: tidak bisa kita menyatakan mobil elektrik lebih efisien daripada mobil yang menggunakan bahan bakar dengan melakukan voting, dukung mendukung dengan mengundang banyak suporter. Jelas di sini kebenaran ilmiah tidak bisa diselesaikan dengan cara dukung mendukung (opini).

Dia memerlukan tata cara riset yang benar, design reliable data, pegangan etika, dan perhitungan dengan rumus standar untuk menyatakan kebenaran bahwa e-mobil lebih efisien daripada bensin.

Lha, mengapa RSPAD jalan terus? Pertanyaan ini harus dijawab dengan pertanyaan pula, siapa yang harus jadi polisi (penertib) di dunia ilmiah?

Apakah BPOM itu juga punya wewenang sebagai penertib?

Lha, kalau ya, berarti BPOM kalah awu (takut) dengan RSPAD. Lantas bagaimana kalau akhirnya kebenaran ilmiah harus berubah karena ketakutan.....?

Alhamdulillah BPOM, tetap berdiri tegak memegang prinsip-prinsip ilmiah, dengan segala risikonya.

BPOM sudah benar menegakkan ketentuan yang berlaku. Namun, bukan berarti eksperimen di luar BPOM harus dilarang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News