Mimi M. Lusli, Tunanetra â€Jembatan Komunikasi†dengan Orang Normal
Sabtu, 10 Januari 2009 – 08:14 WIB
Mimi kini merancang sebuah metode pembelajaran tentang teori disabilitas bagi penyandang cacat maupun bagi orang normal. Program itu sedang dimatangkan Universitas Indonesia. Pada mata kuliah tersebut, dia mendesain teori ilmu komunikasi bagi tiap individu dari dua sisi dunia itu untuk memudahkan proses interaksi.
''Sebab, orang normal dan orang cacat itu bagai sisi mata uang yang berbeda, sehingga harus ada jembatan bagi mereka untuk saling memahami,'' ujarnya.
Dia berharap, dengan mempelajari mata kuliah tersebut, mahasiswa yang terjun ke dunia profesi akan terasah kepekaannya terhadap sesama. Khususnya terhadap para penyandang cacat. ''Coba Anda jalan-jalan di tempat umum dan teliti berapa persen bangunan dan lokasi yang 'ramah' terhadap penyandang cacat,'' ungkapnya mengkritik.
Perubahan sikap itulah yang kini juga gencar dia kampanyekan melalui metode belajar di Mimi Institute. Lewat institute itu, dia mengajarkan pelatihan sensitivitas kepada semua orang. Tiap peserta dilatih untuk memahami karakteristik penyandang cacat. ''Saat ini banyak hal yang tidak nyambung ketika penyandang cacat berinteraksi dengan orang normal,'' tegasnya. (el)
Lulus karena Rajin Bawa Tape Recorder ke Kampus Hampir 30 tahun mengalami buta total, Mimi M. Lusli tidak berhenti menjadi ''jembatan'' antara warga
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor