Minyak dan Gandum

Oleh: Dahlan Iskan

Minyak dan Gandum
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Tiongkok USD 2 miliar –meski utangnya ke Tiongkok sudah kelewat besar. Yang USD 1 miliar harus untuk membeli barang di Tiongkok. Padahal Tiongkok tidak punya cukup minyak dan gandum.

Itu belum cukup. Harus cari sumber lain. Sri Lanka juga lagi mendekati IMF. Salah satu menteri yang mengundurkan diri itu pun sebenarnya lagi berada di Washington untuk menemui IMF.

Sebenarnya posisi politik adik-kakak ini kuat sekali. Mayoritas parlemen dikuasai koalisi pemerintah. Namun, rakyat telanjur marah –akibat harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi.

Reputasi adik-kakak ini –di bidang pembangunan– sangat baik.

Dimulai ketika Si Kakak (Mahinda) menjadi presiden. Sampai dua periode: 2005-2010 dan 2010-2015. Pembangunan maju sekali.

Konstitusi baru Sri Lanka membatasi masa jabatan presiden maksimal dua periode. Pemerintahan pun berganti. Padahal ia sukses sekali.

Di zaman Mahinda Rajapaksa-lah perang sipil kelompok Hindu dan Buddha berakhir. Sangat bersejarah. Perang itu telah berlangsung puluhan tahun. Bisa diselesaikan.

Di zaman kepresidenan Mahinda segala macam pembangunan infrastruktur dilakukan: bandara, pelabuhan, jalan tembus dan apa saja –sebagian besar pakai pinjaman dari Tiongkok.

Mayoritas parlemen dikuasai koalisi pemerintah. Namun, rakyat telanjur marah –akibat harga kebutuhan pokok, minyak dan gandum melambung tinggi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News