Minyak dan Gandum

Oleh: Dahlan Iskan

Minyak dan Gandum
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Dari 26 menteri yang ikut mengundurkan diri itu termasuk anak Sang Perdana Menteri: Namal Rajapaksa, menteri pemuda dan olahraga.

Baca Juga:

Seperti juga Pakistan (Baca Disway Edisi: Nasib Imran) Sri Lanka tidak punya minyak dan gandum yang cukup.

Dua komoditas itu jadi urat nadi kebutuhan hidup rakyat. Dua-duanya krisis. Harganya melambung tinggi.

Dua tahun dihantam pandemi Covid-19, ditambah dua bulan perang di Ukraina, membuat Sri Lanka sangat sulit.

Mau menambah utang, gunung utangnya sudah tinggi-tinggi sekali. Mau menambah impor gandum cadangan devisanya sudah sangat tipis: tinggal USD 2,3 miliar –bandingkan dengan Indonesia yang punya USD 142 miliar.

Dengan cadangan devisa cuma sebegitu, itu hanya cukup untuk impor 1 bulan. Betapa mendebarkannya –mengingat BBM dan gandum harus impor 100 persen.

Indonesia pernah punya cadangan devisa lebih mengerikan: hanya cukup untuk impor satu minggu. Namun, itu jadi sejarah masa lalu. Yakni, di zaman akhir pemerintahan Bung Karno. Ketika itu politik juga jadi panglima.

Sri Lanka sedang mencari tambahan pinjaman sekuatnya. India, tetangga terdekatnya, menjanjikan tambahan USD 1 miliar.

Mayoritas parlemen dikuasai koalisi pemerintah. Namun, rakyat telanjur marah –akibat harga kebutuhan pokok, minyak dan gandum melambung tinggi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News