Puasa Lokal

Oleh: Dahlan Iskan

Puasa Lokal
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - SAYA sudah sahur kemarin malam, tetapi baru buka puasa nanti sore. Makan sahurnya tetap –istri sudah telanjur masak– tapi tidak jadi puasa: mundur, ikut pemerintah.

Heboh kapan mulai berpuasa memang kembali ramai –meski tidak seheboh kalau yang berbeda Lebarannya. Lumayan bisa sedikit melupakan kenaikan harga BBM.

Perbedaan hari Lebaran itu berat karena ada unsur ayat yang berbunyi: haram berpuasa di hari Lebaran.

Baca Juga:

Kalau sebagian sudah Lebaran, yang masih berpuasa bisa merasa dituduh berbuat haram.

Namun, Indonesia punya caranya sendiri: hari itu sudah tidak berpuasa, tetapi Lebarannya ikut keesokan harinya.

Meski berbeda dalam memulai puasa, tahun ini perbedaan itu sudah lebih ''ilmiah''. Sudah tidak lagi soal pakai melihat bulan atau pakai hitungan astronomi. Soal ''sudah bisa melihat bulan'' atau ''belum bisa melihat bulan'' tidak lagi penting.

Baca Juga:

Perdebatannya sudah menyangkut 2 derajat dan 3 derajat.

Semua sudah sepakat menggunakan perhitungan astronomi. Semua sudah sepakat: kemarin itu bulan memang sudah terbit. Hanya saja masih terlalu rendah. Baru 2 derajat.

Maka sudah saatnya dimulainya puasa pun diatur seperti azan Magrib. Beda kota beda mulai puasanya. Kian ke barat kian awal hari puasanya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News