Misteri Lukisan Chaerul Saleh, tak Ada yang Berani Memajang

Misteri Lukisan Chaerul Saleh, tak Ada yang Berani Memajang
Syarief Joesoef menunjukkan lukisan Chaerul Saleh karya ayahnya, Tohny Joesoef, yang dipamerkan di Galeri Nasional Jakarta. Foto: Miftahulhayat/Jawa Pos

Nama Chaerul Saleh memang tidak sepopuler proklamator Soekarno-Hatta. Tetapi, pria kelahiran Sawahlunto, Sumatera Barat, tersebut merupakan tokoh yang kala itu ikut mendesak agar dua bapak bangsa tersebut segera mengumumkan kemerdekaan Indonesia.

Pasca kemerdekaan, Chaerul menduduki sejumlah pos penting dalam pemerintahan Soekarno. Dia pernah menjadi menteri negara urusan veteran pada Kabinet Djuanda (1957), menteri muda perindustrian dasar dan pertambangan pada Kabinet Kerja I (1959–1960), menteri perindustrian dasar dan pertambangan pada Kabinet Kerja II dan III (1960–1963), serta ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara/MPRS (1960–1965).

Ketika terjadi peristiwa pembantaian para jenderal oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dikenal dengan Gerakan 30 September (1965), Chaerul sempat terseret pusaran politik saat itu. Dia pun dianggap masuk dalam barisan pendukung PKI. Padahal, Chaerul tidak pernah terlibat dalam usaha penggulingan kekuasaan paling berdarah dalam sejarah republik ini tersebut.

Chaerul mengalami nasib tragis setelah ditemukan meninggal di Rumah Tahanan Militer (RTM) Jakarta, 8 Februari 1967. Sampai saat ini, penyebab kematiannya masih misterius.

Panglima TNI-AD (kala itu) Jenderal Soeharto yang kemudian menjadi presiden kedua dalam ucapan belasungkawanya kepada keluarga Chaerul menyebutkan, ’’Yang dapat saya beri tahukan, Bung Chaerul tidak terlibat G 30 S/PKI.’’

Kontroversi sosok Chaerul Saleh itulah yang membuat lukisan potret dirinya ikut menjadi kontroversi. Bahkan, ketika lukisan tersebut diberikan Tohny Joesoef kepada keluarga Chaerul pada 1969, mereka tidak berani menerima. Tentu saja, Tohny ikut bingung dan takut. Sebab, setelah peristiwa G 30 S, rezim Orde Baru melakukan sweeping dan ’’pembersihan’’ terhadap orang-orang yang diduga terkait dengan PKI.

’’Apalagi sudah banyak teman Papap yang hilang atau dibunuh di berbagai kota. Kondisi zaman saat itu sangat sensitif. Bahkan, yang pernah menerima bantuan berupa kanvas dan cat minyak dari pemerintah Rusia bisa masuk penjara,’’ kenang Syarief.

Karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Tohny sempat mengungsi dari satu rumah keluarganya ke keluarganya yang lain dengan membawa lukisan Chaerul Saleh. Dia pernah tinggal di rumah temannya di Senen, lalu pindah lagi ke Jatinegara. Dari Jatinegara, dia pindah lagi ke rumah familinya yang lain di Menteng. Baru setelah kondisi aman dan memungkinkan, pada 1970-an, Tohny berani menyimpan lukisan itu di rumahnya di Bandung.

TOHNY Joesoef, pelukis potret diri Chaerul Saleh, mengalami trauma. Meski lukisan tokoh yang dekat dengan Presiden Soekarno dan pimpinan PKI D.N.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News