Muhibah Anies

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Muhibah Anies
Anies Baswedan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Keesokan harinya Bouazizi mendatangi kantor gubernur untuk meminta kembali gerobak dan alat timbangnya. Dia tidak dilayani dengan baik dan bahkan diusir keluar. Di depan pintu kantor gubernur Bouazizi sudah menyiapkan bensin. Ia menguyur tubuhnya dan membakar diri.

"Anda ingin saya mencari nafkah dengan cara bagaimana?" teriak Bouazizi ketika api sudah melalap seluruh tubuhnya. Gambar Bouazizi yang terbakar menyebar ke seluruh negeri dan memicu demonstrasi dan kerusuhan luas. Tidak sampai sebulan Zein Al Abidine bin Ali, pemimpin otoriter Tunisia, mengundurkan diri.

Aksi Bouazizi kemudian memicu gerakan luas di banyak negara Timur Tengah, dan melahirkan gerakan ‘’The Arab Spring’’ atau Musim Semi Arab yang menjatuhkan banyak pemerintahan diktatorial di Mesir, Libia, dan Syria.

Tindakan nekat Bouazizi dilakukan untuk menegaskan martabat dan identitasnya. Fukuyama menyebut sumber identitas sebagai ‘’thymos’’, yaitu bagian dari jiwa yang membutuhkan pengakuan dan martabat.

Thymos mempunyai dua bentuk, yaitu "isothymia", tuntutan untuk dihormati atas dasar kesetaraan dengan orang lain, dan megalothymia, keinginan untuk diakui sebagai golongan yang lebih unggul.

Dua keinginan yang terkesan berlawanan ini menurut Fukuyama dapat saja berjalan seiring. Misalnya, seorang pemimpin yang ingin tampil di depan dan diakui kekuasaannya secara mutlak (megalothymia), menggerakkan pengikutnya dengan memainkan sentimen berdasarkan kebencian dan perasaan tidak dihargai dari kelompok tersebut (isothymia).

Perlakuan yang tidak adil terhadap kelompok tertentu akan memicu tuntutan terhadap pemenuhan martabat atau isothomya. Sebaliknya, sikap sok kuasa dan adigang adigung adiguna adalah sikap megalothymia yang akan memicu munculnya tuntutan akan martabat.

Bagi pendukung Habib Rizieq perlakuan tidak adil adalah kesewenang-wenangan yang bersikap megalothymia. Menghadapi kesewenang-wenangan itu mereka menunjukkan identitas untuk memperkuat martabat dan muruah.

Anies Baswedan mengobrol mengenai banyak hal, berdiskusi mengenai kitab kuning, sambil menikmati durian.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News