Muhibah Anies

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Muhibah Anies
Anies Baswedan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Muhibah Anies makin membuat ramai persaingan politik 2024. Tiga besar teratas dalam setiap survei masih didominasi Prabowo, Ganjar, dan Anies. Namun, Anies tetap menjadi kandidat yang paling diwaspadai oleh kekuatan oligarki yang menginginkan status quo.

Berbagai serangan terhadap Anies sudah gencar dilakukan. Salah satu yang paling gencar adalah tudingan bahwa Anies mengusung politik identitas.

Pegiat medsos Denny Siregar dan kawan-kawan terang-terangan membela Ganjar dengan alasan hanya Ganjar yang bisa melawan kekuatan politik identitas. Pengusaha konsultasi politik Burhanuddin Muhtadi juga kerap mengusung isu politik identitas, dan menyebut kemenangan Anies pada Pilgub DKI 2019 sebagai kemenangan politik identitas.

Politik identitas mendapat labeli negatif dengan semena-mena, seolah politik identitas adalah barang haram yang tidak mempunyai tempat dalam konstelasi politik sebuah bangsa.

Fenomena politik identitas menjadi fenomena umum yang terjadi di banyak negara. Fenomena ini tidak muncul tanpa sebab. Ia muncul sebagai reaksi terhadap berbagai ketimpangan sosial yang terjadi di sebuah komunitas sosial.

Ilmuwan politik Amerika Serikat, Francis Fukuyama mengupas politik identitas dalam bukunya ‘’Identity: The Demand for Dignity and the Politics of Resentment’’ (2018). Menurut Fukuyama, politik identitas lahir sebagai tuntutan untuk memperoleh pengakuan terhadap martabat.

Fukuyama mengutip kisah mengenai pedagang sayur di Tunis bernama Mohamed Bouaazizi. Pada Desember 2010 Bouazizi terkena razia satpol PP. Gerobak sayur dan alat penimbang elektronik sederhana miliknya disita Satpol PP perempuan bernama Faida Hamdi. Ketika Bouazizi memprotes ia dimaki-maki di depan umum dan mukanya diludahi.

Pedagang sayur itu merasa sangat terhina. Apalagi yang meludahi adalah seorang wanita. Dalam masyarakat patrimonial Timur Tengah dipermalukan seorang wanita adalah penghancuran harga diri yang tak tertanggungkan.

Anies Baswedan mengobrol mengenai banyak hal, berdiskusi mengenai kitab kuning, sambil menikmati durian.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News