Mungkinkah Warga Indonesia di Australia Mencapai Puncak Karir Menjadi Bos?
Sementara saat ini ia hanya mengepalai sebuah tim kecil yang menurutnya "tidak memiliki peran signifikan".
"Saya selalu ingin kembali ke Jakarta, tetapi susah juga mencari kerja karena beberapa perusahaan menyangka gaji saya sudah ketinggian."
Pengalaman Mahendra di tempat kerjanya menjadi refleksi soal data statistik terkait kepemimpinan perusahaan di Australia.
95 persen senior eksekutif atau setingkat CEO di Australia adalah berasal dari etnis Anglo-Celtic atau latar belakang Eropa, menurut Australian Human Rights Commission.
Meski 24 persen dari seluruh warga Australia memiliki latar belakang Aborigin atau bukan Eropa, hanya lima persen yang berada di puncak kepemimpinan perusahaan.
Persepsi etnis tertentu hanya cocok jadi pekerja
Photo: Seringkali orang Asia dianggap pekerja keras, sehingga dianggap hanya cocok untuk diberi tugas ketimbang memimpin. (Foto: Earl Carter Photography)
Sementara hasil penelitian lainnya di Australia menembukan pemimpin eksekutif yang berasal dari etnis selain Eropa, 33 persen lebih mungkin mengungguli rekan-rekan lainnya.
"Satu faktor signifikan adalah adanya asumsi soal pekerja mana yang pas untuk jadi pemimpin," ujar Race Discrimination Commissioner Chin Tan
- Dunia Hari Ini: Indonesia Kalah Melawan Irak Dalam Piala Asia U-23
- Orang Utan Sumatra, Hewan Liar yang Bisa Mengobati Dirinya Sendiri dengan Tanaman Obat
- Dunia Hari Ini: Jalan Raya di Guangdong Runtuh, 24 Orang Tewas
- Banyak Pekerja Start-Up yang Belum Tahu Haknya Sebagai Buruh
- Dunia Hari Ini: Ratusan Ribu Buruh Indonesia Turun ke Jalan Rayakan May Day
- Dunia Hari Ini: Aktivitas Gunung Ruang Kembali Meningkat