Musim Produksi Jagung, Indonesia Tidak Perlu Impor

Musim Produksi Jagung, Indonesia Tidak Perlu Impor
Mentan Amran di ladang jagung. foto: Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Musim kemarau adalah saat di mana pertanaman jagung meluas di Indonesia. Apalagi telah didukung melalui embung dan infrastruktur pengairan lainya. Saat ini musim kemarau di tiap daerah mampu diatasi dengan baik. Kondisi inilah yang berdampak langsung pada laju produksi jagung secara nasional.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memastikan bahwa produksi dan pasokan jagung nasional tahun ini aman dan terkendali. Maka itu, kata Amran, Indonesia tidak perlu impor karena persediaan jagung di Bulog sangat melimpah. "Produksi jagung melimpah di tengah musim kering di lahan pertanian di Indonesia. Saya juga sudah bilang ke Bulog, bagi petani dan peternak yang membutuhkan jagung bisa meminta ke gudang bulog," kata Amran, Sabtu (24/8).

Mengenai hal tersebut, pengamat Ketahanan Pangan Prof. Tjipta Lesmana mengapresiasi gebrakan Mentan Andi Amran Sulaiman yang terus mengendalikan impor dan menggenjot ekspor komoditas pangan. Tak heran, dia menilai sektor pertanian memiliki kontrobusi besar pada pertumbuhan ekonomi di pedesaan. "Hasil riset Bappenas menunjukam bahwa penerapan teknologi pertanian dengan belanja alat mesin, perbaikan saluran irigasi tersier, penyediaan benih tanaman, bibit ternak dan pupuk mempunyai dampak positif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, khususnya di pedesaan," katanya.

BACA JUGA: Kementan Dorong Kerja Sama Program Santri Tani dan OPOP

Studi kasus yang dilakukan Bappenas, kata Tjipta, sangat erat kaitanya dengan alokasi anggaran belanja 2016-2017 yang menunjukkan belanja modal mengalami peningkatan paling tinggi yaitu sebesar Rp 39,1 triliun, belanja barang sebesar Rp 31,8 triliun dan belanja pegawai Rp 7,5 triliun. Namun, belanja barang pada periode tersebut mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 0,08 persen. Sementara belanja modal hanya mendorong 0,03 persen.

Anggaran yang sudah dikeluarkan oleh Kementan memiliki peran terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi. Setiap peningkatan 1 persen belanja alsintan, terjadi peningkatan subsektor pertanian, peternakan dan jasa pertanian di daerah sebesar 0,13 persen. "Indikator keberhasilan dapat kita lihat pada peningkatan ekspor komoditas pertanian menurut data BPS. Tahun 2018 ekspor komoditas pertanian melonjak tajam menjadi 42,5 juta ton," jelasnya.

BACA JUGA: Kementan: Angkat Eksistensi Bawang Putih Lokal

Ia menjelaskan rata-rata kenaikan ekspor pertanian per tahun sebesar 2,4 juta ton. Untuk tahun 2019 besar kemungkinan angka ekspor tersebut akan meningkat lagi, karena fokus pada ekspor komoditas pertanian yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian. "Yang tidak kalah hebat, terjadinya penurunan inflasi bahan makanan yang sangat signifikan menjadi 1,26 persen pada tahun 2017 dari sebelumnya 11,71 persen pada tahun 2013. Apalagi peringkat ketahanan pangan Indonesia, berdasarkan Global Food Security Index juga terus membaik ke peringkat 65 dari 113 negara," ujar Prof. Tjipta.

Mentan Andi Amran Sulaiman memastikan bahwa produksi dan pasokan jagung nasional tahun ini aman dan terkendali.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News