Nagoro, Desa Jepang Berpenduduk 350 Boneka dan 27 Manusia

Nagoro, Desa Jepang Berpenduduk 350 Boneka dan 27 Manusia
Boneka-boneka "penghuni" Desa Nagoro, Jepang. Foto: NPR

jpnn.com - Pergilah ke Nagoro. Sebuah desa terpencil yang terletak di Pulau Shikoku, Jepang. Di sana Anda akan bertemu orang-orang yang sedang bekerja di sawah, menunggu bus di halte, atau hanya duduk-duduk di pinggir jalan sembari bercengkerama.

Namun, cobalah untuk menyapa mereka. Tidak akan ada jawaban. Sebab, sesungguhnya orang-orang tersebut bukanlah manusia. Melainkan boneka.

Jalanan yang berkelok-kelok menuju wilayah itu menggambarkan lokasinya yang jauh dari kota. Ke situlah Tsukimi Ayano pulang sejak 2000. Ke desa tempatnya menghabiskan masa kecil.

Ayano pulang membawa kerinduan. Rasa kangen itulah yang membuat perempuan tersebut berjuang menghidupkan kembali desa tercintanya yang nyaris mati.

Nagoro adalah salah satu desa terisolasi di Lembah Iya, Jepang. Penduduknya memilih meninggalkan desa. Mereka yang lebih muda hijrah ke kota besar demi memperbaiki perekonomian. Bukan hanya itu, penduduk yang sudah tua telah meninggal. Akibatnya, desa tersebut kekurangan populasi.

BACA JUGA: Presiden Korsel Bersumpah Tidak Akan Menyerah kepada Jepang

Padahal, di masa kecil Ayano, lebih dari 300 penduduk tinggal di desa tersebut. Namun, saat ini hanya ada 27 orang yang masih menetap. Tidak ada generasi muda. Mereka yang hidup di sana rata-rata berusia di atas 50 tahun.

Awalnya, Ayano hanya membuat sebuah boneka orang-orangan sawah yang menyerupai sang ayah untuk menakut-nakuti burung di ladang. Tapi, aktivitasnya tak mandek. Dia justru membuat boneka lain secara terus-menerus. Sebab, dia ingin mewujudkan harapan agar desa yang sudah dilupakan tersebut kembali hidup.

Tak ada kemeriahan tatkala sebuah desa tak lagi ditinggali banyak orang. Segala upaya pun dilakukan agar tetap ada kehidupan. Contohnya di Nagoro, Jepang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News