Negara Bagian Victoria akan Bangun Pabrik Vaksin Berteknologi mRNA

Australia saat ini hanya memiliki kemampuan memproduksi vaksin AstraZeneca secara lokal melalui fasilitas perusahaan CSL.
Namun dengan adanya kejadian langka pembekuan darah terkait dengan vaksin AstraZeneca, kini pemerintah tak lagi merekomendasikannya untuk orang berumur di bawah 50 tahun.
Sebagai konsekuensinya, program vaksinasi nasional menjadi kacau karena pemerintah harus berupaya mendapatkan pasokan vaksin dari pabrik lainnya.
Australia punya banyak pakar mRNA
Vaksin mRNA menggunakan teknologi baru yang dikembangkan sebelum terjadinya pandemi tapi belum pernah digunakan sebelum Pfizer dan Moderna meluncurkannya.
Damien Purcell dari University of Melbourne dan Doherty Institute menjelaskan, Australia memiliki banyak pakar RNA yang ingin terlibat dalam proyek ini.
"Kami sangat frustrasi karena kesempatan ini tidak begitu terbuka akibat hambatan tidak adanya pabrik," katanya kepada ABC.
"Kesempatan itu terbuka di Amerika Serikat dan Eropa, tapi sangat disayangkan bagi kita tak dapat menghasilkan produk lebih lanjut," ujar Damien.
Menteri Kesehatan Victoria Martin Foley menjelaskan teknologi mRNA membawa implikasi lain di masa depan.
Pemerintah negara bagian Victoria mengumumkan akan membiayai pembangunan pabrik vaksin berteknologi mRNA senilai A$50 juta (sekitar Rp500 miliar)
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Perlindungan Kesehatan, Prudential Gelar Vaksinasi untuk Karyawan dan Keluarga
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS