Nelayan di Selayar Tewas Diduga Terkena Ledakan Bom Ikan, Polisi Bergerak

Apalagi cara menangkap ikan seperti itu (pakai bahan peledak atau bom ikan) sudah melanggar aturan perundang-undangan.
"Ini sangat memprihatinkan, warga maupun keluarganya ikut menyembunyikan peristiwa itu, apalagi dugaannya dikuburkan diam-diam, diduga tanpa proses pemakaman selayaknya. Ini sudah tidak manusiawi. Namun, terlepas dari aktivitas illegal fishing dilakukannya sudah tidak benar," papar Ibrahim menekankan.
Pihaknya juga berharap peristiwa tersebut harus menjadi pelajaran, utamanya bagi nelayan yang masih menggunakan bahan peledak untuk mencari ikan.
Selain itu, diharapkan aparat penegak hukum secepatnya mengungkap kejadian sebenarnya apakah tubuh korban dimakamkan sembunyi-sembunyi atau sudah hancur dampak dari ledakan bom ikan tersebut.
Berdasarkan informasi yang diperoleh sebelumnya, korban Panji pergi melaut membawa sampannya dari Pulau Tarupa ke Perairan Taka Gantarang, Kecamatan Taka Bonerate, Selayar, pada Rabu, 6 September 2023.
Beberapa saat kemudian sekitar pukul 10.00 WITA terdengar suara keras seperti ledakan didengar seorang saksi bernama Aswar.
Warga lain juga mendengar suara ledakan, tetapi tidak bisa ke sumber ledakan karena kondisi laut sedang surut dan kapal tidak bisa mengapung sehingga ditunda.
Pihak keluarga korban, yakni Haji Aco setelah diinterogasi baru menyebut anaknya belum pulang sejak pukul 12.00 Wita untuk makan siang dan menduga korban ledakan bom ikan itu adalah anaknya.
Kasus nelayan bernama Panji, 26, yang tewas kena ledakan bom ikan di Perairan Taka Gantarang, Selayar, Sulsel, pada 6 September 2023 masih terus diusut polisi.
- Bea Cukai Dukung UMKM di Bekasi dan Makassar Tembus Pasar Ekspor Lewat Kegiatan Ini
- Rakit Bom Mortil Bekas Peninggalan Perang Dunia ke II, Nelayan Tewas Mengenaskan
- Bikin Resah, Preman di Pelabuhan Makassar Ditangkap Polisi
- Ini Kejanggalan Kematian Wanita di Makassar
- Motif Sejumlah Remaja Aniaya Panitia Salat Id Selayar Sulsel
- Calon PPPK Makassar Desak Batalkan Penundaan Pengangkatan: Kami Sudah Berjuang, tetapi Tak Dihargai