Nenek Sihir

Oleh Dahlan Iskan

Nenek Sihir
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Tahun 1992 Immanuel jadi imigran. Dia ke Amerika. Dia meneruskan pendidikan spesialis di Bronx, New York. Yakni menjadi mahasiswa PPDS di Bronx-Lebanon Medical Center.

Baca Juga:

Namanya mulai menonjol saat Immanuel pindah ke bagian selatan Amerika: ke Louisiana. Di situ Immanuel sampai punya poliklinik sendiri.

Sebagai orang berkulit hitam Immanuel menjadi sangat menonjol di kelompok konservatif –masyarakat kulit hitam biasanya lebih liberal. Dia juga bisa dijual secara politik. Yakni sebagai bukti bahwa Trump tidaklah rasialis. Terbukti salah satu pendukung beratnya adalah seorang tokoh kulit hitam.

Namun, sebenarnya, itu bisa juga merugikan Trump. Simaklah isi khotbah-khotbahnyi. Yang sayangnya kini sudah dicabut dari Facebook. Bahkan juga sudah dihapus dari YouTube, tetapi masih banyak yang sudah di-copy. Dan tetap beredar.

Atau justru bisa menguntungkan Trump? Kalau tidak, mengapa Trump sendiri menyiarkan ulang lewat Twitter-nya? Yang diikuti lebih dari 70 juta orang?

Setidaknya Immanuel kini ikut menambah popularitas Kota  Houston –dari sisi kontroversialnya. Setelah pekan lalu nama Houston dikaitkan dengan berita penutupan konsulat Tiongkok di situ –yang dibalas dengan penutupan konsulat Amerika di Kota Chengdu, Tiongkok.

Immanuel sekarang memang  tinggal di Houston. Dia juga punya medical center di Houston: Rehoboth Medical Center. Sangat terkenal. Namun lebih terkenal lagi khotbah-khotbahnyi.

"Jangan pakai masker," katanyi dalam salah satu khotbahnyi. "Tidak ada gunanya."

Pendera Immanuel mengajarkan bahwa banyaknya orang yang tidak tertarik lagi ke agama (Kristen) itu didesain oleh kelompok Illuminati. Lewat gerakan imunisasi untuk semua bayi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News