Ngotot Ingin Lindungi Setiap Warga dari COVID-19, Tiongkok Berisiko Terjebak dalam Isolasi Tanpa Akhir

Ngotot Ingin Lindungi Setiap Warga dari COVID-19, Tiongkok Berisiko Terjebak dalam Isolasi Tanpa Akhir
Penguasa China menggunakan keberhasilan menangani penyebaran virus sebagai kemenangan ideologis dan moral atas negara seperti Amerika Serikat. (Reuters: Aly Song)

Jumlahnya masih rendah sekitar 100 kasus per hari di negara yang berpenduduk 1,4 miliar tersebut.

Namun adanya kasus penularan baru ini membuat Dr Zhang menyarankan agar Tiongkok mulai membuka diri dari kebijakan ketat yang diberlakukan saat ini, seperti melarang warga Tiongkok bepergian ke luar negeri, kebijakan yang mirip di Australia.

"Setelah kasus penularan di Nanjing, kita pasti akan belajar lebih banyak lagi," tulisnya.

"Cara Tiongkok memilih masa depan haruslah memastikan warganya berbagi masa depan dengan dunia lainnya, dan di saat yang sama melindungi warganya dari ketakutan terhadap virus."

Dr Zhang sebelumnya dikenal sebagai pakar yang mendukung kebijakan 'lockdown' ketat selama pandemi.

Tapi kini dengan pandangan barunya soal "hidup bersama virus", yang juga sudah diterima di banyak negara, menimbulkan reaksi negatif dari Pemerintah Tiongkok.

Tiongkok ingin 'menang perang' melawan virus

Mantan menteri kesehatan Tiongkok, yang mungkin sudah mendapat izin dari Pemerintah Tiongkok, menggunakan tajuk rencana harian resmi pemerintah People's Daily bulan ini untuk menentang pendapat Dr Zhang.

Tanpa menyebut nama dokter Zhang, mantan menteri Gao Qiang menulis "Beberapa pakar di Tiongkok menilai pendekatan yang dilakukan Inggris, Amerika Serikat dan beberapa negara lain untuk 'hidup berdampingan dengan virus' menjanjikan 'keterbukaan' sementara pendekatan karantina Tiongkok membatasi."

Meningkatnya rasa nasionalisme dan kekhawatiran akan tingkat efikasi vaksin buatannya sendiri bisa membuat Tiongkok terisolasi bertahun-tahun dari dunia luar

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News