Obat Inovatif Kanker Getah Bening Masuk Skema JKN, Bisa Diakses Banyak Pasien 

Obat Inovatif Kanker Getah Bening Masuk Skema JKN, Bisa Diakses Banyak Pasien 
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak Menular Kementerian Kesehatan, Dr. Eva Susanti, S.KP., M.Kes (kedua dari kanan) dalam diskusi media bertajuk Hari Kesadaran Limfoma Sedunia 2023: We Can’t Wait – to Focus on Our Feelings” yang digelar Cancer Information Support Center (CISC) dan Takeda, Jumat (15/9). Foto Mesya/JPNN.com

Berdasarkan data Globocan (the Global Cancer Observatory) 2020, terdapat sekitar 16 ribu kasus limfoma non Hodgkin baru di Indonesia, hampir 10 ribu kasus meninggal dunia.

Sementara, limfoma Hodgkin terdapat 1.188 kasus baru pada 2020  menempati posisi 28 dengan kasus terbanyak.

Angka ini meningkat dari data Globocan 2018 , limfoma Hodgkin menempati urutan 29 dengan 1.047 kasus baru.

Kematian akibat limfoma hodgkin mengalami penurunan, dari 574 pada 2018 menjadi 363 kematian pada 2020.

“Karenanya, akses terhadap terapi inovatif untuk pasien limfoma Hodgkin harus dipermudah,” ujar Eva.

Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik Dr. dr. Andhika Rachman, Sp.PD KHOM, FINASIM, di acara yang sama menambahkan kanker limfoma jenis Hodgkin umumnya menyebar bertahap melalui pembuluh getah bening.

Pada stadium lanjut bisa menyebar melalui aliran darah ke organ vital seperti hati, paru-paru dan sumsum tulang belakang, meski sangat jarang.

Gejalanya antara lain pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, dan/atau pangkal paha, dan bisa disertai dengan B symptoms, yaitu demam di atas 38 C, berkeringat pada malam hari, penurunan bobot lebih dari 10% selama 6 bulan, gatal-gatal, dan kelelahan yang luar biasa.

Obat inovatif kanker getah bening masuk skema JKN sehingga bisa diakses banyak pasien.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News