Obral Gas, RI Rugi Rp 410 T
Kamis, 19 Januari 2012 – 13:01 WIB
JAKARTA - Ekspor gas besar-besaran yang dilakukan Indonesia selama ini terus menuai protes. Kali ini, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) merilis data potensi kerugian negara akibat tidak optimalnya pemanfaatan gas di dalam negeri.
Anggota Komite BPH Migas Qoyum Tjandranegara mengatakan, sepanjang 2006 - 2009 saja, kerugian negara akibat kehilangan devisa karena mengeskpor gas murah kemudian mengimpor BBM yang mahal mencapai ratusan triliun. "Totalnya rugi Rp 410,4 triliun," ujarnya di DPR, Rabu (18/1).
Qayum merinci, pada 2006 kehilangan devisa sebesar Rp 91,9 triliun, lalu 2007 menjadi Rp 101,2 triliun, 2008 Rp 140,0 triliun, dan 2009 sebesar Rp 77,3 triliun. "Ketika mengeskpor energi murah (gas), kemudian mengimpor energi mahal (BBM), maka negara jelas rugi," katanya.
Data menunjukkan, harga gas hanya sekitar separo atau 55 persen dari harga BBM. Selain itu, mesin yang mengonsumsi gas juga bisa lebih efisien 10 - 30 persen dibandingkan BBM. Di luar aspek ekonomi, gas juga unggul karena ramah lingkungan.
JAKARTA - Ekspor gas besar-besaran yang dilakukan Indonesia selama ini terus menuai protes. Kali ini, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH
BERITA TERKAIT
- OpenIn dan SSPACE Manfaatkan Kecerdasan Lokasi untuk Kemajuan Bisnis
- Walk Freely Senses, Sandal Anyar dari Havaianas yang Terinspirasi Keindahan Alam
- 45 Persen Air Tanah di Jakarta Terkontaminasi, Vitopure S2-2G Solusinya
- Menko Airlangga Sebut Investasi Tak Memiliki Bendera, Indonesia Buka Peluang
- Bea Cukai Terus Genjot Ekspor dan Penyerapan Tenaga Kerja Lewat Fasilitas Kepabeanan
- Perhatikan Penyandang Disabilitas, PNM Gelar Pelatihan Kewirausahaan