Ogah Diatur Saudi, Qatar Pilih Hengkang dari Opec

Ogah Diatur Saudi, Qatar Pilih Hengkang dari Opec
Qatar. Foto: Aljazeera

"Menghabiskan waktu, usaha, dan sumber daya dalam organisasi yang kami hanyalah pemain kecil bukan hal yang praktis," tegas Kaabi seperti dilansir Reuters.

Doha memang hanya menghasilkan 600 ribu barel minyak bumi per hari (bpd). Jauh berbeda dengan Riyadh yang mencapai 11 juta bpd. Tapi, Qatar adalah penghasil liquefied natural gas (LNG) terbesar di dunia. Per tahun mereka bisa memproduksi 77 juta ton LNG. Pada 2024 mereka punya target meningkatkan produksi LNG menjadi 110 juta ton per tahun.

Perusahaan minyak milik negara, Qatar Petroleum, berencana meningkatkan kemampuan produksi minyaknya dan membangun pabrik etana cracker terbesar di Timur Tengah.

"Banyak pihak akan memolitisasi keputusan ini. Saya memastikan bahwa ini murni keputusan jangka panjang yang benar untuk Qatar," tegas Kaabi.

Keluarnya Qatar dari OPEC cukup mengagetkan meski tidak akan membawa pengaruh besar. Qatar tidak bisa dipisahkan dari sejarah panjang OPEC.

Mantan Chairman OPEC Chakib Khelil menegaskan bahwa keluarnya Qatar akan membawa dampak psikologis. "Ini bisa diikuti anggota yang lain," tegasnya.

Politikus yang pernah menjabat menteri energi Aljazair itu juga menegaskan bahwa keputusan Qatar bisa menjadi sinyal titik balik bersejarah bagi OPEC terhadap Rusia, Saudi, dan AS. (sha/c10/hep)


Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) kembali kehilangan anggota. Kemarin, Senin (3/12) Qatar memutuskan hengkang dari organisasi tersebut


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News