OJK 'Endus' Gelagat Taper Tantrum The Fed yang Bisa Terulang, Sektor Keuangan Waspada!

OJK 'Endus' Gelagat Taper Tantrum The Fed yang Bisa Terulang, Sektor Keuangan Waspada!
OJK menyebut pelaku bisnis keuangan perlu mencermati perubahan sikap atau "stance" bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve terhadap pergerakan pasar ke depan. Foto: Dok JPNN.com

"Demikian juga beberapa faktor lain. Hanya satu faktor Indonesia yang lebih jelek dibandingkan 2013 yaitu Debt to Service Ratio, tapi ini aspek yang pengaruhnya tidak signifikan," kata Agus.

Pada 2013, defisit neraca transaksi berjalan (CAD) Indonesia mencapai 2,03 persen, sedangkan saat ini berada di posisi 0,36 persen.

Inflasi pada 2013 melonjak hingga 8,08 persen, sedangkan saat ini inflasi mencapai 1,68 persen. Porsi kepemilikan asing di Surat Utang Negara (SUN) pada 2013 mencapai 32,5 persen, sedangkan saat ini di posisi 23,8 persen.

Sementara Debt to Service Ratio (DSR) pemerintah pada 2013 mencapai 7,9 persen, sedangkan saat ini lebih tinggi yaitu di posisi 17,4 persen.

"Mudah-mudahan impact dari taper tantrum apabila dilakukan oleh The Fed, tidak terlalu berdampak signifikan ke Indonesia. Namun, tetap harus dicermati," ujar Agus.

The Fed sendiri sudah mulai berubah sikap dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) terakhir.

Bank sentral AS itu sudah mulai lebih ketat atau hawkish dengan menyatakan akan berencana menaikkan suku bunga acuan Fed Fund Rate pada 2023.

Agus menyebut tanda-tanda taper tantrum itu biasanya dimulai dengan mengurangi pembelian aset-aset baru kemudian The Fed akan menaikkan suku bunga.

OJK menyebut pelaku bisnis keuangan perlu mencermati perubahan dari sikap atau...

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News