Okky Madasari, Melawan Korupsi dengan Sastra
Merangkai Fiksi dari Praktik Korupsi Sehari-hari
Senin, 21 Maret 2011 – 00:51 WIB
Dalam novel itu, Okky mengisahkan gambaran suap kepada panitera, hakim, petugas Rumah Tahanan Negara (Rutan) ataupun Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), pengacara, juga berbagai korupsi-korupsi kecil-kecilan dalam keseharian.
"Ini memang novel fiksi, tapi berdasarkan riset. Bisa dibilang potret kenyataan. Tapi tak bisa dibilang sepenuhnya kisah nyata," ujar Okky saat memulai perbincangan dengan JPNN, di rumahnya di kawasan Tanjungbarat, Jakarta Selatan, pekan lalu.
Riset dilakukan Okky saat masih menekuni profesi sebagai jurnalis hukum pada sebuah media cetak di Jakarta. Dari pengamatannya di lapangan yang digelutinya saban hari itu lah lahir ide awal novel 86.
Dalam novel tersebut, Okky menggambarkan praktik-praktik korupsi di dalam pelayanan publik, sistem peradilan, dan lembaga pemasyarakatan. "Riset dan bahan-bahan penulisan novel saya kumpulkan selama dua tahun meliput di bidang hukum," paparnya.
Selama ini, kampanye pemberantasan korupsi selalu diidentikkan dengan menggelandang koruptor ke bui. Tapi novelis Okky Madasari tak sepenuhnya setuju
BERITA TERKAIT
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor
- Pesantren Ala Kadarnya di Pulau Sebatik, Asa Santri di Perbatasan Negeri