Operator Bus Menjerit: Kami Mohon, Pemerintah Perhatikan Nasib Kami Agar Bisa Hidup

Operator Bus Menjerit: Kami Mohon, Pemerintah Perhatikan Nasib Kami Agar Bisa Hidup
Suasana tempat parkir bus di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta yang terlihat sepi saat pandemi corona. Foto Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Operator bus meminta kepada pemerintah untuk memberikan tambahan waktu relaksasi cicilan kendaraan enam bulan lagi.

Hal itu diminta bukan tanpa sebab, mengingat operator bus juga terdampak pandemi corona.

Hal itu disampaikan Ketua Perkumpulan Transportasi Wisata Indonesia (PTWI) Yuli Sayuti dalam Diskusi Online (Diskon) bersama Forum Wartawan Perhubungan (Forwahub), Jumat (14/8) malam.

“Relaksasi cicilan enam bulan dimulai Maret hingga-September atau Oktober, namun kami berharap tambahan waktu enam bulan lagi,” harap Yuli.

Jika penambahan waktu cicilan tidak diberikan, maka diprediksi 50-75 pesen usaha angkutan Wisata akan kolaps.

“Masalah utama kami adalah dari usaha angkutan wisata 1.200 pengusaha dengan belasan ribu kendaraan, 90 persen saat ini mati suri enggak bergerak,” ungkap Yuli.

Bahkan pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor pariwisata akan segera mengancam. Hal itu terjadi lantaran akan terjadi penarikan-penarikan bus karena terkendala pembiayaan.

“Kami mohon pada pemerintah, perhatikan kami agar bisa hidup dan bukalah tempat pariwisata agar kami bisa bergerak lagi,” harap Yuli.

Jika penambahan waktu cicilan kendaraan tidak diberikan, maka diprediksi 50-75 pesen usaha angkutan Wisata maupun operator bus akan kolaps.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News