Opo Tumon?

Oleh: Dahlan Iskan

Opo Tumon?
Dahlan Iskan. Foto: disway.id

Seminggu setelah sidang ketiga di Pengadilan Negeri Surabaya, Ryantori meninggal dunia.

Ryantori masih punya beberapa penemuan lain. Dia pernah ingin merombak sistem penulisan bahasa Indonesia.

Dia menceritakan panjang lebar penemuannya bentuk-bentuk hurufnya. Agar bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa modern dan cocok untuk ilmu pengetahuan. Juga agar bisa menjadi bahasa yang efisien.

Dia menyadari ciptaannya di bidang berbahasa itu sangat peka dan anti kemapanan. Maka ia tidak seberapa gigih memperjuangkannya.

Naskah yang ditemukan Lissy di mobil papanya itu kelihatannya ditulis untuk ngudo roso –melepaskan pikiran dari perasaan tertekan. Itu terlihat dari nada di tulisan itu. Bacalah sendiri di bawah ini. Saya tidak mengeditnya sama sekali.

Penulisannya dibuat mirip puisi. Tiap kalimat dimulai sebagai alinea baru. Tanpa titik di akhir kalimat.

Maka saya pun minta agar Lissy mengirim naskah itu dalam bentuk yang bukan pdf. Semula Lissy keberatan. Takut bisa diedit orang. Tapi untuk kepentingan pembaca Disway, Lissy akhirnya setuju mengirim dalam bentuk Word.

Ryantori tidak menyebut satu nama pun di naskahnya itu. Ia mengganti nama orang yang membuatnya kesal itu dengan kata ''Dia'' –dengan D besar. Inilah naskah curhat itu:

Seminggu setelah sidang ketiga di Pengadilan Negeri Surabaya, Ryantori meninggal dunia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News