Otobahn Rempang

Oleh: Dahlan Iskan

Otobahn Rempang
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Karena sudah empat tahun tidak ke Batam, kemarin saya menghabiskan empat lembar cenai. Itulah makan pagi saya. Mungkin sampai waktunya makan malam pun masih kenyang.

Sambil merobek-robek roti cenai kami membicarakan fokus kedua: Pulau Rempang. Di selatan pulau Batam. Itulah salah satu dari empat pulau yang sudah dirangkai jadi satu. Yakni dihubungkan dengan enam buah jembatan. Batam jadi kepala rangkaian itu. Rempang jadi perutnya. Galang jadi ekornya.

Menurut ilmu fengsui, posisi perut lebih bagus untuk bisnis. Semua makanan masuk perut. Maka di "perut" inilah pabrik kaca terbesar di dunia itu akan dibangun. Investornya dari Tiongkok: Xun Yi.

Itu perusahaan kaca terbesar di dunia. Pusatnya di Guangzhou. Salah satu pabriknya ada di Suzhou, kota industri di belakang Shanghai.

Sukses hilirisasi nikel kelihatannya menjadi pendorong semangat Presiden Jokowi untuk menghilirkan yang lain.

Freeport sedang menyelesaikan proyek hilirisasi tambang tembaga Papuanya di Gresik. Di kawasan industri JIIPE. Sebentar lagi selesai: tahun depan.

Bauksit juga lagi gencar-gencarnya dibangun di Kalbar. Banyak sekali. Hilirisasi bauksit pun akan jadi kenyataan. Dan kini pasir kuarsa.

Dipilihnya Pulau Rempang tentu banyak pertimbangan. Rempang tidak jauh dari bahan baku kaca. Pulau Dabo dan Singkep adalah penghasil pasir kuarsa yang besar. Sampai 30 tahun pun belum akan habis. Apalagi kalau kuarsa dari Kaltim dan Kalteng juga dikirim ke Rempang.

SAYA mendarat di Batam. Masyarakatnya lagi membicarakan dua hal besar: pembangunan otobahn dan ditandatanganinya proyek pabrik kaca terbesar di dunia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News