Otobahn Rempang

Oleh: Dahlan Iskan

Otobahn Rempang
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Di Kaltim lahan kuarsa itu sudah dikuasai PT Hanasta Karya Silika. Lokasinya di Anggana, Kutai Kartanegara. Itu hanya sepelemparan batu dari kampung istri saya. Atau hanya 40 km dari IKN, kalau ditarik garis lurus.

Saya pun menelusuri siapa pemilik Hanasta Karya. Ternyata pengusaha Samarinda. Tetapi aneh, saya tidak kenal mereka: Ary Setyobudi, Yudhi Arief Halim, dan enam orang kongsinya. Mungkin mereka generasi baru pengusaha Samarinda.

"Di bawah lapisan pasir kuarsa itu ada batu baranya," ujar sahabat Disway di sana. Nikmat apa lagi yang masih akan mereka dustakan.

Pulau Dabo, Singkep, dan sekitarnya tentu akan mendadak penting. Dari pulau-pulau nelayan ke penghasil bahan baku kaca.

Dari kawasan Dabo-Singkep hanya perlu waktu satu malam untuk ke Rempang. Pakai tongkang. Saya pernah ke Dabo hanya 4 jam dari Batam. Pakai speed boat.

Pertimbangan lain untuk memilih Rempang mungkin juga ini: pulau itu dikuasai satu grup perusahaan. Tidak ruwet pengadaan tanahnya. Milik Tomy Winata.

Maka Tomy-lah yang kemungkinan besar tokoh yang di balik keberhasilan meyakinkan investor besar untuk investasi di Rempang.

Untung sekali pulau itu belum dikapling kapling untuk banyak pabrik seperti di Batamindo. Dengan demikian ketika ada investor raksasa yang memerlukan tanah 100.000 hektare pun masih bisa didapat.

SAYA mendarat di Batam. Masyarakatnya lagi membicarakan dua hal besar: pembangunan otobahn dan ditandatanganinya proyek pabrik kaca terbesar di dunia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News