Pahlawan di Balik Layar Timnas Indonesia, Salut!

Pahlawan di Balik Layar Timnas Indonesia, Salut!
Foto: Angger Bondan/Jawa Pos

Lain lagi peran yang dimainkan Ade Ali. Sebagai kitman, dia bertugas menyiapkan jersey serta kebutuhan pemain. "Semua harus siap sebelum pelatih dan pemain datang ke lapangan," katanya.

Di sebuah tim, kitman bisa dibilang adalah level pekerjaan paling rendah. Tapi, bagi Ali, itu adalah profesi paling tinggi yang selalu disebutnya dalam doa beberapa tahun lalu. Sebelumnya ayah Aini Rifani, 12; Rendy Alfiansyah, 7; dan Alfafa Meiladi, 3; itu adalah tukang becak di Cirebon.

Setelah lulus SMA pada 2001, Ali tidak mampu kuliah karena masalah ekonomi. Ayahnya pensiunan pegawai negeri sipil biasa dengan penghasilan pas-pasan. Ali pun memutuskan menjadi tukang becak. Dia menekuni pekerjaan tersebut selama sembilan tahun sampai akhirnya bertemu dengan Indra Sjafri pada 2010. Ketika itu Indra menjadi pelatih timnas U-19. Ali pun diajak bergabung ke timnas hingga sekarang.

Sementara itu, Sudir rela meninggalkan posisinya sebagai wakil kepala SMKN 44 Jakarta untuk menjadi masseur di timnas. "Sudah belasan tahun saya menjadi masseur di timnas. Saya merasa sudah memiliki passion di sini," ujar pria 55 tahun itu.

Sudir bukan tukang pijat biasa. Dia kenyang pengalaman dan memiliki ilmu memijat yang benar. Alhasil, dia piawai menangani pemain yang mengalami keluhan pada otot.

Bek kiri timnas Abduh Lestaluhu adalah salah seorang pemain yang tidak tergantikan mulai babak penyisihan grup sampai semifinal. Menurut dia, hal tersebut terjadi berkat bantuan dari tim fisioterapis yang profesional. "Otot saya tidak pernah stres meski menjalani laga berat," katanya.

Ketika harus bermain selama 120 menit saat melawan Vietnam pada second leg semifinal di Stadion My Dinh, Hanoi (7/12), pemain asal Maluku itu tetap fit hingga akhir pertandingan. Selain kiper Kurnia Meiga, Abduh adalah pemain yang mencatatkan waktu bermain terbanyak. Yakni, 480 menit.

Riedl pun mengaku sangat puas dengan kinerja orang-orang di balik layar itu. Mereka memberikan kontribusi sesuai dengan kapasitas masing-masing. "Kami sudah seperti keluarga. Saya tahu bahwa mereka memiliki kontribusi untuk menjadikan tim ini lebih tangguh," kata pelatih asal Austria itu.

TANPA mereka ini, Timnas Indonesia bukan apa-apa. Mungkin publik lebih mengenal pemain atau pelatih sebagai bintang sebuah tim. Namun, mereka juga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News