Pak Amat Pantang Meludah di Depan Mayat

Pak Amat Pantang Meludah di Depan Mayat
Pak Amat di sebelah ambulans yang dipercayakan kepadanya, di kediamannya, Kecamatan Pontianak Kota, Senin (21/11). Foto: Iman Santosa/Rakyat Kalbar/JPNN.com

Pekerjaan Amat memang tak pernah jauh-jauh dari kematian. Sembari terus menyupiri ambulans dan menyediakan perangkat pemakaman, ia juga sempat berkerja menjadi pengurus cadaver atau mayat yang digunakan untuk pendidikan kedokteran di Fakultas Kedokteran Untan selama hampir 9 tahun.

Namun ia memutuskan berhenti karena merasa penghasilan yang didapat dengan resiko dari pekerjaan itu tidak sebanding.

“Bayangkanlah, formalin di ruangan itu 800 liter, itu buka pintu bau formalin, itukan racun yang dihadapi,” ujarnya.

Bagi Amat, lebih baik ia berhadapan dengan jenazah busuk ketimbang tiap hari menghadapi racun berupa formalin. “Honornya tak seimbang,” pungkasnya. (*/sam/jpnn)

 


PAK Amat, begitu biasa dipanggil. Dia sudah akrab dengan bau mayat. “Kalau leher baju terasa ditarik orang dari belakang, padahal di belakang


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News