Pak Tayib si Penggali Liang Lahat, Mampu Kuliahkan Anaknya
Jadi, katanya, harus siap dalam keadaan apapun ketika ada orang meninggal dan di manapun dia berada.
Tantangan pekerjaannya itu adalah tanah di Kota Pontianak yang rendah, basah, liat, dengan kondisi areal pemakaman yang berair.
Apalagi saat musim hujan seperti ini lubang yang kita gali biasanya tergenang air, dan itu harus ditimba terus. Belum lagi kendala yang lain seperti saat menggali ada kayu atau akar," jelasnya.
Untuk menggali liang lahat ukuran 2x1 meter dengan kedalaman hampir dua meter pada tanah basah dan berair, butuh waktu kurang lebih satu jam.
Jasa menggali kuburan dibayar oleh pihak pengelola makam. Selain itu setelah prosesi pemakaman selesai kadang ada pihak keluarga yang meninggal menghargai jasanya, baik itu berupa uang maupun barang.
"Satu lobang itu digali dua orang, dan saling bergantian upahnya dibagi rata. Kalau dari keluarga yang biasanya dikasi baju, ada juga uang. Lumayanlah, apa pun bentuknya itu rejeki," kata Thayib yang ikhlas dan pasrah menerima apapun pemberian orang yang juga dalam duka.
Sebagai seorang penggali kubur, kakek dua cucu ini memiliki kepuasan tersendiri terhadap pekerjaannya. Kepuasan batin membantu orang yang sudah meninggal.
"Orang meninggal ini kan harus segera ditangani, istilahnya harus disegerakan. Selain itu kita juga meringankan perkerjaan keluarga yang ditinggalkan," tuturnya.
TAYIB si penggali liang kubur. Untuk kebutuhan hidup kesehariannya, dia harus pandai-pandai mengais rezeki. Berkat keuletannya, dia mampu menyekolahkan
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor