Pakar: Bali Harusnya Lockdown Ketat Bukan Malah Dibuka Untuk Turis

"Di Bali tidak ada gedung apartemen," kata Profesor Mahardika.
"Di Jakarta banyak gedung di mana semua orang menggunakan lift yang sama, tetapi di Bali hal ini tidak terjadi."

Profesor Mahardika mengatakan penyebaran COVID-19 akan lebih tinggi di gedung yang tertutup dengan sistem ventilasi yang buruk dan menggunakan pendingin udara (AC).
Selain itu menurutnya hal lain yang membedakan Bali adalah tidak adanya tranportasi umum, seperti kereta atau bis-bis besar seperti di Jakarta, yang bisa menjadi lokasi penyebaran virus.
"Tidak ada seorang pun yang naik bemo seperti dulu lagi. Itu salah satu keuntungan kita di sini."
"Dan di Bali tingkat kepadatan penduduk adalah 700-800 orang per satu kilometer. Di Jakarta tentu lebih banyak lagi, lebih padat."
Kantor yang penuh pekerja jadi lokasi penyebaran
Berbeda dengan Bali, mereka yang tinggal di Jakarta harus melakukan perjalanan menggunakan kereta yang padat penumpang atau bis dimana 'social distancing' hampir tidak mungkin dilakukan.
Pulau Bali sebagai destinasi wisata utama di Indonesia sudah kembali dibuka untuk turis dalam negeri akhir Juli lalu
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- EIGER Dukung Penuh IFSC World Cup di Bali, Bukti Komitmen Kembangkan Panjat Tebing di RI
- Bromo Jadi Tujuan Wisatawan Mancanegara, Khofifah Cetak SDM Siap Kerja Lewat SMKN Sukapura
- Miroslaw Aleksandra Raih Medali Emas Piala Dunia Panjat Tebing 2025 di Bali
- Gerak Cepat, Telkomsel Pulihkan Layanan Jaringan Internet saat Listrik Mati di Bali
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan