Pakar Keamanan Pangan Tepis Isu Bahaya Mikroplastik

Pakar Keamanan Pangan Tepis Isu Bahaya Mikroplastik
Ilustrasi supermarket. Foto: Radar Tarakan/JPNN

“Untuk kondisi saat ini, selama belum ada aturan atau penelitian yang lebih jauh, maka mengonsumsi makanan dan minuman walau diduga ada paparan mikroplastik dalam jumlah yang tidak terdeteksi dengan mata telanjang, bisa tetap dikonsumsi. Apalagi, jika taruhannya kita bisa kekurangan gizi atau dehidrasi karena ketakutan berlebih terhadap masalah ini,” ungkap Ahmad.

Ahmad meminta para pemangku kepentingan di berbagai negara lebih memperhatikan lingkungan guna meminimalkan paparan mikroplastik. 

Salah satunya dengan membersihkan sampah di laut agar biota dan mahluk hidup lainnya dapat bebas dari limbah plastik.

Saat ini, masalah cemaran dan limbah plastik termasuk mikroplastik yang terjadi di mana-mana telah menjadi perhatian dunia.

Baru-baru ini, sosial media dihebohkan dengan munculnya video penyelam asal Inggris Rich Horner saat melakukan penyelaman di kawasan Nusa Penida, Bali.

Video itu memperlihatkan kondisi laut Indonesia yang telah tercemar dengan berbagai kemasan sampah plastik.

Selain itu, baru- baru ini, sebuah penelitian yang dilakukan oleh organisasi media nonprofit ORB Media bersama dengan State University of New York di September tahun 2017 mengungkap bahwa mikroplastik ditemukan di jaringan air leding dan sumur di negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Kondisi tersebut ditemukan melalui analisis 159 sampel air leding dan air tanah  dari delapan wilayah di lima benua.

Menurut Ahmad Sulaeman, sebanyak 72 persen makanan olahan laut di Eropa mengandung mikroplastik, bahkan di Amerika telah mencapai 94 persen.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News