Palestina Jadi Isu Utama dalam KTT Luar Biasa OKI

Palestina Jadi Isu Utama dalam KTT Luar Biasa OKI
Menteri Luar Negeri Retno LP.Marsudi. Foto: dok. JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Aksi teror kelompok ISIS (Negara Islam Irak dan Syria) tak hanya memperkeruh situasi keamanan di Timur Tengah, tapi juga membuat isu Palestina samar-samar menghilang dari perhatian dunia. Tak ingin itu terjadi, Indonesia pun mempelopori diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Konferensi Islam (OKI).

KTT Luar Biasa pada 6-7 Maret itu khusus membahas Palestina dan Al Quds Al Syarif (kompleks bangunan suci di Kota Lama Yerusalem).

 ''Kita ingin kembali meletakkan isu Palestina di radar dunia internasional,'' ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat melaporkan persiapan KTT OKI di Kantor Staf Presiden kemarin (2/3).

Retno mengakui, situasi geopolitik dunia saat ini sedang sangat encer dan dinamis seiring banyaknya konflik yang terjadi di berbagai negara. Isu-isu radikalisme dan penanganan pengungsi Timur Tengah selalu mencuat di permukaan dan menenggelamkan isu Palestina. ''Padahal, situasi di Palestina kian hari tidak semakin baik. Justru makin mengkhawatirkan,'' katanya.

Karena itu, Palestina meminta negara-negara anggota OKI untuk segera menyelenggarakan KTT Luar Biasa. Palestina juga secara khusus meminta Indonesia untuk menjadi tuan rumah. Hingga kemarin, sudah 49 negara menyatakan siap hadir.

''Poin penting KTT ini adalah memperkuat persatuan anggota OKI agar solid mendukung Palestina,'' ucapnya.

Menurut Retno, penyelenggaraan KTT ini juga menjadi wujud komitmen dan solidaritas Indonesia untuk konsisten mendukung Palestina agar mendapatkan hak-haknya. Indonesia dan Palestina memang memiliki sejarah panjang dalam hubungan diplomatik. Saat Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Palestina dan Mesir lah yang pertama kali mendukung dan mengakui Indonesia.

Demikian pula Indonesia yang konsisten mendukung Palestina sejak zaman Presiden Soekarno. Misalnya, dengan memberi izin pendirian kantor Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Jakarta. Di zaman Presiden Soeharto, bantuan dalam bentuk finansial juga banyak mengalir ke negara yang sebagian wilayahnya dicaplok zionis Israel tersebut.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News