Paling Mahal Buku Pram, Yang Istimewa Karya Tan Malaka
Jumat, 14 Desember 2012 – 09:16 WIB
Konsistensi Harri Purnomo mendalami literasi "sayap kiri" belum tertandingi di Indonesia. Setidaknya, dia telah mengoleksi serta "menghabiskan" lebih dari 600 "buku kiri" yang dicetak sebelum era 1965. Buku buluk koleksinya menjadi saksi sejarah para pemikir yang terlupakan.
HENNY GALLA-AGUNG MARYANA, Jakarta
AHAD siang (9/12), Festival Pembaca Indonesia digelar Goodreads Indonesia di Pasar Festival, Kuningan, Jakarta. Stan "Buku Buluk" milik Harri Purnomo menempati kavling seluas 20 meter persegi. Penampilannya berbeda dari puluhan stan lainnya. Bila stan penerbit, distributor, atau toko buku banyak menampilkan buku-buku yang diniatkan untuk dijual, stan Buku Buluk justru memajang buku-buku tidak populer. Asing bagi masyarakat umum.
Contohnya, buku tipis karya Tan Malaka dengan cover abu-abu. Buku lama itu terbungkus plastik tebal. Sudah tampak lusuh. "Ya, supaya tidak dimakan rayap. Koleksi ini (Tan Malaka) harus dirawat dengan benar," ungkap Harri Purnomo atau yang kerap disapa Gieb kepada Jawa Pos.
Konsistensi Harri Purnomo mendalami literasi "sayap kiri" belum tertandingi di Indonesia. Setidaknya, dia telah mengoleksi serta "menghabiskan"
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor