Pandai Mainkan Emosi, Sukses Belah Oposisi

Pandai Mainkan Emosi, Sukses Belah Oposisi
Pandai Mainkan Emosi, Sukses Belah Oposisi
Kendati begitu, oposisi tak berdiam diri. Hingga kemarin (30/4) gelombang unjuk rasa masih mewarnai jalan-jalan utama kota-kota besar Yaman. Meski berhadapan dengan moncong senjata pasukan yang loyal kepada Saleh, kaum reformis di Yaman tak gentar. "Kami tak akan berhenti sampai rezim (Saleh) hancur," tegas Mahmud al-Shaobi kepada New York Times Jumat lalu (29/4).

Demonstran asal Taiz itu mengatakan bahwa para loyalis Saleh tak hanya menggunakan meriam, tank, atau senapan otomatis dalam merepresi oposisi. "Helikopter-helikopter pemerintah pun terus terbang rendah di atas kami. Militer Saleh tak henti menembaki kami," ujar Shaobi mengenang kerusuhan di kota kelahirannya pertengahan bulan ini.

Pemandangan brutal seperti dituturkan Shaobi tak hanya terjadi di Taiz. Kota Sanaa, ibu kota Yaman, pun tak luput dari amuk pasukan Saleh. Sedikitnya 130 warga sipil yang ikut menyuarakan reformasi tewas. Itu belum termasuk aktivis prodemokrasi yang diculik dan hingga kini nasibnya tidak jelas. Konon, jumlahnya mencapai 500 orang.

Represi terhadap warga sipil Yaman memantik amarah dunia. AS pun bersuara. Presiden Barack Obama mendesak Saleh, yang notabene sekutu dekatnya, untuk segera lengser dan mengakhiri kebrutalan militernya. Tapi, AS tampaknya lupa bahwa senjata yang digunakan pasukan Saleh berasal dari negeri tersebut.

SANAA - Di mata para analis politik, semakin hari Presiden Ali Abdullah Saleh kian pandai mempermainkan emosi rakyat di Yaman. Terutama, kelompok

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News