Pandemi Komunis

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Pandemi Komunis
Ilustrasi - Varian baru COVID-19, Omicron. Foto: Ricardo/JPNN.com

Rumah menjadi penjara, dan normal baru menjadi penjara baru.

Pandemi menunjukkan kegagalan politik pemerintahan di seluruh dunia. Rezim politik kalah oleh rezim kesehatan. Kepala-kepala negara populis yang antipendekatan kesehatan dan lebih mengedapankan pendekatan politik akhirnya harus menyerah.

Donald Trump yang antipandemi akhirnya terguling dalam pilpres Amerika Serikat. Boris Johnson di Inggris yang menjadi sekutu terkuatnya juga menyerah kepada rezim kesehatan.

Jair Bolsonaro, presiden Brasil yang terkenal paling angkuh menentang Covid-19, menjadi kepala negara yang terisolasi dari rakyat dan lingkungannya.

Para pemimpin populis itu percaya kepada teori-teori konspirasi seputar pandemi. Mereka menuduh bahwa pandemi ini sengaja dibuat oleh China untuk menjadi senjata perang global. Sampai sekarang, dua tahun berlalu, tuduhan itu belum bisa dibuktikan.

Sampai sekarang masih banyak orang yang percaya kepada teori konspirasi meskipun teori-teori itu belum bisa dibuktikan kebenarannya.

Rezim politik telah gagal menunjukkan kesaktiannya dalam menghadapi pandemi. Para pemimpin politik harus mengakui bahwa pendekatan politik gagal menghadapi pandemi dan harus menyerah kepada pendekatan kesehatan.

Badan Kesehatan Dunia, WHO, menjadi badan global yang paling berkuasa dua tahun terakhir. Nama Sekjen WHO Tedros Aghanom Ghebreyesus jauh lebih dikenal ketimbang Sekjen PBB Antonio Guterres.

Harapan untuk kembali ke normal pada 2022 harus disimpan dahulu. Entah kapan pagebluk ini berakhir.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News