Pangkalan Udara Adisutjipto, Kawah Candradimuka Penerbang TNI-AU

Gagal Sejam Pelajaran, Langsung Out

Pangkalan Udara Adisutjipto, Kawah Candradimuka Penerbang TNI-AU
Komandan Skuadron Pendidikan 104 Mayor (pnb) Indan Gilang Boldansyah di Lanud Adisucipto (30 Juni 2011). Foto : Ridlwan/ Jawa Pos
Pilot-pilot militer itu juga bisa memilih spesialisasi. Misalnya, Indan yang piawai menerbangkan helikopter tempur. Boleh juga memilih menjadi penerbang F-16, F-5, atau pesawat Hawk. "Nanti, untuk masing-masing spesialisasi itu, ada pendidikan sendiri di skuadron masing-masing," jelasnya.  Khusus alumni PSDP juga akan disalurkan menjadi penerbang di kesatuan lain. Misalnya, penerbang TNI Angkatan Darat atau Angkatan Laut.

Indan juga mengajak melihat langsung pesawat-pesawat latih yang standby di hanggar. Ada juga pesawat KT Wong Bee yang belum dicat merah putih. "Perawatan rutin dilakukan terus tiap hari. Sebelum terbang, kesiapannya harus benar-benar sempurna, 100 persen," tegas bapak satu anak tersebut.

Selesai berkeliling Lanud Adisutjipto, Jawa Pos lantas bergerak ke selatan, memasuki kompleks Akademi Angkatan Udara. Pekan depan, tepatnya 14 Juli 2011, Presiden SBY melantik para perwira muda dalam upacara Prasetya Perwira (Praspa) di kompleks itu.

Ketika Jawa Pos datang, para karbol sedang berlatih lari sebelum makan siang bersama di gedung Handrawina. Sebagian berlari dengan menggunakan ponco (mantel hujan) untuk mencegah sengatan matahari.

TIDAK setiap lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) otomatis langsung bisa menerbangkan pesawat. Calon-calon "Gatotkaca" itu harus menempuh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News