Panopticon

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Panopticon
Ilustrasi PPKM. Foto: Ricardo/JPNN.com

Bangunan melingkar di sisi luar dibagi menjadi sel-sel. Setiap sel punya dua jendela, satu di dalam menghadap jendela menara dan satu jendela lagi di bagian luar, sehingga memungkinkan cahaya menembus dari sel yang satu ke sel lain.

Penjara ini bukan hanya dipakai untuk narapidana, tetapi juga untuk ODGJ, orang dengan gangguan jiwa, orang yang dikutuk, buruh, atau bahkan anak sekolah.

Di menara ditempatkan pengawas yang bisa melihat ke seluruh sel, sedangkan para penghuni tidak bisa melihat ke arah pengawas.

Desain spasial yang khas itu membuat para penghuni merasa terus-menerus terpantau. Efek utama panopticon adalah menciptakan dalam diri para penghuni sel kesadaran bahwa mereka diamati terus-menerus, dan kekuasaan selalu hadir secara otomatis.

Panopticon berfungsi mengatur segala sesuatu agar berada dalam pengawasan permanen, meski pengawasan itu tidak berlangsung terus-menerus, meski pengawas tidak selamanya mengawasi.

Karena merasa diawasi terus-menerus, mereka yang berada di dalam sel akan patuh dan disiplin dengan sendirinya.

Teori panopticon ini diperkenalkan oleh filsuf Prancis Michel Foucault, yang mengadopsi ide dari model arsitektur rancangan filsuf Inggris Jeremy Bentham.

Model arsitektur ini didapat Bentham saat mengunjungi saudaranya yang menjadi penjaga penjara di Rusia.

PPKM, lockdown, atau apa pun namanya, telah menempatkan manusia di bawah pengawasan total.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News