Parigi Moutong

Parigi Moutong
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Kekerasan merantak dengan cepat. Hanya selang sehari setelah kekerasan di Wadas, Purworejo, kekerasan terjadi lagi di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Ratusan warga yang memprotes tambang emas di wilayah itu bentrok dengan polisi, dan satu orang warga tewas terkena peluru tajam di bagian perut, Ahad (13/2). Puluhan lainnya ditahan polisi.

Ada benang biru yang menyambungkan dua kasus di dua tempat yang terpaut jarak yang jauh itu.

Warga memprotes keberadaan tambang yang dianggapnya tidak memberi manfaat kepada warga, dan justru membawa akibat kerusakan lingkungan.

Ada kemiripan pola gerakan perlawanan rakyat. Ada upaya untuk menolak pembangunan yang tidak memihak rakyat. Kemudian ada demonstrasi yang awalnya kecil, lalu kemudian berkembang menjadi makin besar karena tidak adanya respons yang memadai.

Puncaknya adalah demonstrasi besar yang melibatkan ratusan orang. Ketika kemudian situasi memanas di lapangan, bentrokan tidak terhindarkan antara pasukan pengamanan dengan massa demonstran. Korban pun jatuh dan nyawa melayang.

Kekerasan semacam ini makin sering terjadi, dan kita akan melihatnya sebagai sesuatu yang rutin. Mereka yang melakukan kekerasan itu akan ditindak. Polisi sudah menegaskan akan menindak anggotanya yang melakukan penembakan.

Namun, hal itu tidak akan menyelesaikan pokok pangkal persoalan, yaitu kekerasan yang makin rutin dan dianggap sebagai bagian dari risiko tugas.

Warga memprotes keberadaan tambang yang dianggap tidak memberi manfaat kepada mereka.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News