Password Yudiu

Oleh Dahlan Iskan

Password Yudiu
Foto: Humas UGM

”Waktu SD pun saya sudah hafal seluruh negara bagian di Amerika,” ujarnya. ”Hafal juga semua ibu kotanya,” tambahnya.

Baca Juga:

Peta Amerika ia kuasai. Peta kertas itu.

Saat matanya sampai ke titik kota New York ia lebih lama memandang titik itu. ”Di sini bapak saya,” katanya dalam hati.

Setiap kali melihat peta itu matanya berhenti lagi di New York. Ia bayangkan ayahnya lagi sekolah di situ. Ia bayangkan kelak ia pun harus sekolah di Amerika.

Maka ia rajin belajar bahasa Inggris. Waktu nonton TV ia pilih tayangan film Hollywood --untuk menyerap bahasanya. Setiap melihat turis ia kejar. Kebetulan banyak turis asing di Jogja. Ia praktikkan bahasa Inggrisnya.

Begitu lulus SMA ia lihat peluang untuk tes pertukaran pelajar. Ia ikut tes. Enteng. Ia sudah menguasai Amerika.

Lulus. Yudiu pun ke Amerika. Mendarat di San Francisco. ”Inilah Amerika itu...,” kata hatinya.

Dari pantai barat itu Yudiu harus menjalani program pengenalan di pantai timur Amerika: di New York.

Ia belajar banyak soal toleransi. Anak Islam taat yang harus tinggal di keluarga Kristen taat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News