Password Yudiu

Oleh Dahlan Iskan

Password Yudiu
Foto: Humas UGM

Oh... Di situlah bapaknya dulu sekolah. Yang ketika ia berhasil ke kota itu ayahnya sudah kembali ke Jogja. Sudah menjadi wakil rektor IKIP.

Akhirnya Yudiu mendapat orang tua asuh di negara bagian Oregon. Di pantai barat. Di utaranya San Francisco.

Setelah seminggu di New York, Yudiu harus balik lagi ke pantai barat. Terbang lagi lima jam.

Di situlah Yudiu masuk SMA. Di sebuah kota kecil bernama Albany. Ia harus tinggal di sebuah keluarga kulit putih. Yang juga aktivis gereja.

Pekerjaan ”orang tua angkat” -nya itu tukang pipa. Bukan orang kaya. TV-nya hitam putih --ketika di rumahnya di Jogja TV-nya sudah berwarna.

Ia pun harus tinggal satu kamar dengan anak-anaknya.

Yang Yudiu heran: keluarga ini kok punya dua mobil. Kelak ia tahu bahwa mobil di Amerika itu penting sebagai alat kerja --bukan lambang kemewahan. Dan memang tidak mahal.

Ia belajar banyak soal toleransi. Anak Islam taat yang harus tinggal di keluarga Kristen taat. Yudiu melihat betapa ”bapak”-nya itu menghormati keyakinan Yudiu --termasuk soal makan babi.

Ia belajar banyak soal toleransi. Anak Islam taat yang harus tinggal di keluarga Kristen taat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News